Catatan Ketua MPR: Memastikan Subsidi Tepat Sasaran Demi Sehatnya APBN
Oleh: Bambang Soesatyo
Penyaluran subsidi negara yang tidak tepat sasaran ini bisa terjadi karena adanya toleransi yang berlebihan dalam proses penyaluran atau penjualan BBM subsidi.
Akibat toleransi berlebihan itu, kuota BBM subsidi otomatis terkuras.
Bahkan, per Juli 2022, Pertamina sendiri mulai cemas karena kuota BBM bersubsidi mulai menipis.
Dari kuota 14,9 juta kiloliter untuk BBM subsidi jenis solar sudah disalurkan 9,9 juta kiloliter.
Dari kuota 23 juta kiloliter untuk BBM jenis pertalite sudah disalurkan sebanyak 16,8 juta kiloliter.
Tentu saja sangat beralasan jika pemerintah pun gelisah, karena sisa kuota BBM subsidi itu dikhawatirkan habis sebelum berakhirnya tahun anggaran ini.
Kalau kuota BBM subsidi habis sebelum berakhirnya tahun anggaran sekarang ini, dinamika di ruang publik bisa berubah menjadi tidak kondusif.
Publiknya biasanya bereaksi karena faktor kelangkaan BBM atau tingginya harga BBM.
BBM bersubsidi idealnya hanya boleh dikonsumsi oleh kelompok masyarakat yang berhak, tetapi dalam praktiknya tidak demikian
- PPN Bakal Naik 12 Persen, Gaikindo Merespons Begini
- 4 Fakta Penting Kinerja APBN hingga Oktober 2024, Penerimaan Bea Cukai Capai Rp 231,7 T
- Jika Terpilih jadi Gubernur, Ridwan Kamil Janjikan Warga Dapat Bansos Double
- Sri Mulyani Buka-bukaan soal Peluang APBN Perubahan, Permintaan Prabowo?
- Sikap Keuangan
- Profil & Rekam Jejak Sri Mulyani yang Kembali Memimpin Kemenkeu