Catatan Ketua MPR: Mencermati Dampak Eskalasi Ketegangan di Timur Tengah
Oleh: Bambang Soesatyo

Dia menjelaskan setiap kenaikan harga minyak mentah dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan berdampak pada kenaikan belanja subsidi energi.
Setiap kenaikan satu dolar AS harga minyak mentah berkonsekuensi pada beban subsidi dan kompensasi energi dengan kenaikan sekitar Rp 4,5 triliun.
Setiap melemahnya kurs rupiah Rp 100 per dolar AS berdampak pada kenaikan subsidi energi sekitar Rp 2,5 triliun hingga Rp 3,5 triliun.
Sementara itu, rata-rata konsumsi BBM nasional dari tahun ke tahun terus meningkat.
Per tahunnya, Indonesia butuh tak kurang dari 72 juta kiloliter (KL) BBM.
Sayangnya, volume produksi di dalam negeri hanya 39 juta KL. Maka, sisanya harus impor.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor BBM pada 2022 mencapai 24,07 miliar dolar AS, naik 67 persen jika dibandingkan nilai impor 2012 yang 14,39 miliar dolar AS.
Menurut BPS, gelembung nilai impor BBM per 2022 disebabkan naiknya harga minyak dan produk minyak.
Indonesia harus mengidentifikasi ragam persoalan baru, termasuk memprediksi skenario terburuk dari eskalasi konflik di kawasan Timur Tengah
- Temui Menteri Rosan, Waka MPR Dorong Regulasi CCS yang Progresif dan Kompetitif
- Lucky Hakim Langsung Tancap Gas Seusai Mendapat Arahan Prabowo
- PDIP Menentang Retret Kepala Daerah, Prabowo Terancam Kehilangan Legitimasi Politik
- TNI Bakal Bentuk Kodam Baru di Riau, Mayjen Rio Singgung Arahan Prabowo
- FKPMI Menilai Menteri Karding Lamban Mengurus Masalah PMI
- Megawati Dinilai Terlalu Emosional