Catatan Ketua MPR: Pangan dan Bijak Berutang, Membarui Prioritas di Tengah Ketidakpastian
Oleh: Bambang Soesatyo

Layak menyebut sarat tantangan, karena dunia saat ini masih terperangkap oleh gangguan pada aspek produksi dan suplai, disrupsi rantai pasok, gangguan lalu lintas barang dan jasa (distribusi).
Kemudian harga minyak (energi) yang tinggi, ancaman inflasi, perangkap suku bunga tinggi yang menggejala sejak Maret 2022, dan bayang-bayang krisis pangan karena produktivitas sektor tanaman pangan pada tingkat global pun terus menurun.
Dalam konteks Indonesia, fakta-fakta ini hendaknya digarisbawahi oleh para calon presiden yang akan berkontestasi pada Pemilu 2024, Februari mendatang.
Untuk meminimalisir ekses dari ragam tantangan itu, Indonesia sudah memprogramkan rencana impor tiga juta ton beras.
Total impor beras sebanyak itu secara tidak langsung menjadi penjelasan tentang adanya masalah serius dalam aspek ketahanan pangan.
Program impor beras itu menjadi pilihan tidak terhindarkan, karena volume produksi dalam negeri terus menurun.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produksi padi pada 2023 diperkirakan 53,63 juta ton gabah kering giling (GKG).
Setelah dikonversikan menjadi beras, total produksi beras tahun 2023 diperkirakan sebesar 30,90 juta ton.
Dunia sedang tidak sedang baik-baik saja, jangan gegabah memanfaatkan utang dan mulailah lebih bersungguh-sungguh mewujudkan kemandirian dan ketahanan pangan
- Waka MPR Hidayat Nur Wahid: Netanyahu Lebih Pantas Ditangkap ICC Dibandingkan Duterte
- Waka MPR: Seni Ukir Jepara Bangkit di Tangan Generasi Muda
- Neng Eem Puji Keputusan Presiden Prabowo yang Umumkan Ojol dapat THR
- Jaga Warisan Intelektual Bangsa, Ibas Siap Kawal Regulasi dan Insentif Penulis
- Wakil Ketua MPR Tegaskan Pentingnya Regenerasi demi Keberlangsungan Seni Ukir Jepara
- Audiensi dengan Penulis Perempuan, Ibas Sampaikan Menulis Bisa Membentuk Peradaban