Catatan Kritis Aktivis untuk Kerja Sama NU dengan Korporasi Sawit

jpnn.com, JAKARTA - Anggota Presidium Indonesian Human Rights Committee for Social Justice (IHCS) Ridwan Darmawan mengkritisi kerja sama Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dengan perusahaan sawit.
Dia sangat menyayangkan organisasi nahdiyin itu melakukan kerja sama tersebut.
“Kerja sama PBNU dengan korporasi sawit menimbulkan kekecewaan di kalangan para nahdiyin, aktivis lingkungan, dan pegiat sosial di seluruh pelosok negeri,” ujar Ridwan melalui layanan pesan ke media, Senin (7/3).
Praktisi hukum itu pun membeber alasannya mengkritisi kerja sama NU dengan korporasi sawit. Ridwan menuturkan saat ini masyarakat menghadapi kelangkaan minyak goreng.
Dia mengaskan para cendekiawan, aktivis sosial, dan pengamat kebijakan pangan sudah menyampaikan catatan soal fenomena itu. Belakangan ini, di mana-mana terjadi antrean warga yang hendak membeli minyak goreng.
”Ini ironis, Indonesia adalah negeri terbesar perkebunan sawit di dunia” tuturnya.
Selain itu, Ridwan juga menyoroti efek industri sawit pada lingkungan. Deforestasi, kebakaran hutan, bencana banjir, bahkan kekerasan mewarnai industri sawit.
“Masalah pertanahan, khususnya perkebunan sawit, memuncaki daftar rentetan kasus konflik agraria selama ini,” ulasnya.
Anggota IHCS Ridwan Darmawan mengkritisi kerja sama PBNU dengan perusahaan sawit. Begini penjelasannya.
- Makna Idulfitri 1446 Hijriah: Momen Kebersamaan, dan Berbagi
- Forwatan dan 3 Asosiasi Berbagi Manfaat Produk Turunan Sawit kepada Yatim Piatu
- Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Lepas Peserta Program Mudik Seru Bareng NU
- Danone Menjalin Kemitraan Strategis dengan PBNU
- Membela Palestina Itu Perintah Nabi & Konstitusi, Beginilah Seharusnya Sikap Rakyat RI
- Riau Berusaha Rebut Hak Kelola Kebun Eks Sawit Duta Palma