Catatan Pedih dari Surabaya
Oleh Bambang Soesatyo*
Di hadapan para wartawan, pimpinan dan anggota Komisi III dan pimpinan Komisi I DPR RI yang ikut dalam rombongan, saya meminta pemerintah tidak ragu menutup situs maupun konten yang bermuatan radikal. Sebab, berdasarkan informasi dari Kapolri, para teroris memanfaatkan media sosial online untuk merakit bom.
Pemerintah jangan takut untuk meminta provider maupun penyedia layanan platform digital menutup situs maupun konten yang bermuatan radikal. Jika provider maupun platform digital lambat menutup, kita bisa paksa. Ini untuk kepentingan bangsa dan negara.
Sebelum meninggalkan Surabaya pada malam harinya, kami berpesan kepada Kapolda Jawa Timur di Markas Polda Jawa Timur untuk mengajak semua pihak meningkatkan kewaspadaan. Jaga diri, keluarga, maupun lingkungan sekitar terhadap ideologi radikal dan ekstrim yang dibawa oleh orang-orang tak bermoral.
Para tokoh masyarakat dan pemuka agama juga diharapkan ikut ambil peran dalam menjaga keteduhan di masyarakat. Sebab, masyarakat kita sangat heterogen dan kental dengan ketaatan terhadap tokoh maupun pemuka agama.
Untuk itu kita harus mengajak mereka untuk menciptakan keteduhan dan keharmonisan. Para tokoh dan pemuka agama harus mencerahkan umatnya agar tak termakan isu yang dapat memecah bangsa maupun mengganggu kedamaian di Indonesia.
Usai dari Mapolrestabes Surabaya, kami dan rombongan melanjutkan perjalanan menjenguk korban di RS Bhayangkara Surabaya sebagaimana saya ceritakan di atas. Terlihat duka mendalam dirasakan oleh semua anggota rombongan melihat anak pelaku teror yang masih kecil tergeletak tak berdaya di rumah sakit karena dipaksa ikut orang tuanya melakukan tindakan bom bunuh diri.
Di dalam pesawat yang membawa kami kembali ke Jakarta, kami menundukkan kepala untuk berdoa agar para korban, termasuk kepada empat anak pelaku yang masih anak-anak yang berhasil diselamatan aparat. Kami memohon agar para korban diberikan kekuatan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Mari kita sudahi kebiadaban para teroris sampai disini dan menjadi tugas kita bersama bagaimana kita memberikan pendidikan dan masa depan bagi anak-anak pelaku teroris yang berhasil diselamatkan itu.(***)
Dada ini langsung bergemuruh, gigi bergemeretuk dan kedua tangan saya mengepal keras menahan geram melihat anak tidak berdosa ini menjadi korban kebiadaban.
- Waket Komisi VIII DPR-LDII Ingatkan Persoalan Kebangsaan Hadapi Tantangan Berat
- Pengamat Hardjuno Soroti Langkah DPR Memasukkan RUU Tax Amnesty ke Prolegnas 2024
- DPR Minta Kejaksaan Profesional di Sidang Praperadilan Tom Lembong
- KPK Incar Aset Anwar Sadad yang Dibeli Pakai Duit Kasus Korupsi Dana Hibah
- Siang Ini, DPR Pilih Lima Capim dan Cadewas KPK Pakai Mekanisme Voting
- Harapkan Semua Target Prolegnas 2025 Tercapai, Sultan Siap Berkolaborasi dengan DPR dan Pemerintah