Cawe-Cawe Ala Jokowi dan Potensi Pemakzulan

Oleh Dhimam Abror Djuraid

Cawe-Cawe Ala Jokowi dan Potensi Pemakzulan
Presiden RI Joko Widodo. Foto: arsip JPNN.com/Ricardo

Akhirnya MPR melengserkan Gus Dur melalui sidang istimewa. Gus Dur tidak hadir dalam sidang itu.

Gus Dur sempat bertahan di Istana Negara. Namun, keesokan harinya, Kamis, 26 Juli 2001, Gus Dur keluar dari istana dan langsung terbang ke Amerika Serikat (AS) untuk berobat.

Megawati Soekarnoputri yang sebelumnya menjadi wakil presiden pun memegang tampuk kepresidenan. Hamzah Haz menjadi wakil presidennya.

Kisah impeachment yang lebih dramatis dialami oleh Soekarno. Proklamator RI yang membidani lahirnya Indonesia itu harus mengakhiri karier politiknya secara tragis, disingkirkan dari kekuasaan dan diisolasi dari politik.

Kudeta oleh PKI pada 1965 yang gagal membawa kehancuran bagi partai itu. Soekarno kehilangan pendukung politik terkuatnya.

Politik keseimbangan yang dia mainkan sejak awal 1960-an runtuh. TNI Angkatan Darat yang menjadi musuh politik utama Soekarno makin kuat dan mendominasi.

Jenderal Soeharto perlahan mengambil alih panggung kekuasaan dan menyisihkan Soekarno. Kekuatan politik Soekarno surut dengan cepat setelah terbitnya Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) pada 1966.

Pada 12 Maret, Soeharto membubarkan PKI. Berbekal surat itu pula Soeharto pada 18 Maret menangkap 15 menteri loyalis Soekarno.

Denny Indrayana kian rajin membuat pernyataan yang menarik perhatian publik. Dia meminta DPR mendorong proses pemakzulan (impeachment) terhadap Presiden Jokowi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News