Cegah Parkinson: Berbahagialah!
SURABAYA – Hari Parkinson sedunia diperingati, Senin (11/4). Para dokter pun mengingatkan Anda semua bahwa, penderita penyakit yang tergolong sebagai movement disorder itu tidak lagi didominasi kaum berumur. Banyak juga kalangan muda yang mengalami penyakit ini.
Penyakit itu dibedakan menjadi dua. Yakni, parkinson's disease dan parkinsonism. Parkinson's disease terjadi karena faktor genetis. Sebab pastinya belum bisa diketahui. Penderitanya pun makin muda.
"Usianya bergeser. Ada yang 30-an tahun," ujar dokter spesialis bedah saraf RS National Hospital dr Achmad Fahmi Ba'abud SpBS. Menurut dia, 30 persen pasien masih usia produktif.
Dalam sehari, ada 20 pasien di National Hospital. Jumlah itu belum yang ada di rumah sakit lain seperti PHC dengan 7 pasien parkinson per hari. Fahmi mengatakan, pergeseran usia penderita parkinson disebabkan gaya hidup yang kurang sehat. Menurut dia, asupan minuman, makanan, dan yang dihirup masyarakat sudah tidak alami.
"Itu yang menyebabkan kemungkinan kerusakan pada otak meninggi," tutur dia.
Dokter yang bergabung dalam Surabaya Neuroscience Institute (SNeI) itu menyebutkan, parkinson dalam tahap berat bisa memicu depresi. Laju penyakit juga kian cepat bila tak langsung ditangani. Dalam setahun pun, kondisi penderita bisa langsung melesat ke tahap parah.
Nah, untuk mengurangi laju parkinson, alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga itu punya tip khusus. Yakni, selalu gembira. Dia mencontohkan seorang pasien yang tidak meminum obat sama sekali ketika sedang berlibur. Kondisi bahagia itu menghindarkan dia dari kian parahnya parkinson.
"Pada orang yang senang, neurotransmiter di otaknya memerintahkan tremornya menurun. Makanya, saya selalu pesan ke pasien, obat itu nomor dua, operasi nomor tiga. Yang pertama always happy," katanya.
Cara untuk terus bahagia itu beragam. Ada yang malah bahagia dengan bekerja. Ada juga yang bahagia dengan belanja, berlibur, atau melakukan hobi. Cara lain adalah healthy lifestyle. Sebaiknya konsumsi makanan dan minuman yang alami.
Bisa juga berolahraga. Nah, ada olahraga yang direkomendasikan untuk penderita parkinson. Yakni, tai chi. Ilmu bela diri itu dinilai mampu melatih keseimbangan, pernapasan, dan kesabaran. "Berlatih mengendalikan badan yang sering tremor," ucapnya.
Meski begitu, langkah operasi tetap bisa dipilih jika sesuai indikasi medis. Saat ini ada teknik bedah stereotactic brain lesion. Yakni, menggunakan alat bor otak untuk mengendalikan gangguan gerak. Bisa juga memasang deep brain stimulation (DBS). Itu adalah alat khusus yang ditanam di otak untuk mengurangi movement disorder. "Yang perlu operasi sekitar 25 persen. Sisanya saya sarankan obat," ujar Fahmi.
Selain parkinson's disease yang tidak diketahui sebabnya, kini mulai banyak kasus parkinsonism. Parkinsonism merupakan jenis parkinson yang ditimbulkan karena ada faktor pencetus. Misalnya stroke, tumor, atau trauma otak. Di Poli Geriatri RSUD dr Soetomo, kasus parkinson merupakan yang terbanyak kedua setelah stroke.
"Parkinsonism paling banyak disebabkan stroke," kata dokter spesialis saraf RSUD dr Soetomo dr Yudha Haryono SpS. Stroke yang menimbulkan kekakuan pada otot juga akan menjalar sehingga menjadi gejala parkinson. Contohnya, dari kaku otot menjadi tremor. (nir/lyn/c11/dos/flo/jpnn)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Fadil Jaidi Ungkap Keuntungan Festival Kuliner Bagi UMKM dan Pencinta Makanan
- Program Share to Care Dupoin Hadirkan Senyum Anak Yatim di Jakarta
- Brawijaya Hospital Saharjo Hadirkan Layanan Lengkap Penanganan Cedera dan Gangguan Tulang
- Electricity Connect 2024: Harapan Generasi Muda untuk Kemajuan Kendaraan Listrik Indonesia
- CEDEA Luncurkan Dua Produk Baru Dibuat oleh Chef Korea, Lezat Banget
- Ketiak Hitam Bakalan Ambyar dengan 5 Bahan Alami Ini