Cegah Peretasan Berulang, Media Wajib Penetration Test
Dari deface peretas bisa saja masuk lebih dalam dan melakukan berbagai aksi, misalnya modifikasi data.
Bisa jadi ada berita yang diubah, dihapus atau ada membuat berita tanpa sepengatahuan pengelola seperti yang dialami Tirto.
Dia mengungkap ada berbagai tujuan dari seseorang maupun sekelompok melakukan deface. Aksi deface website sering dilakukan untuk menunjukkan keamanan website yang lemah.
Namun, katanya, juga bisa sebagai kegiatan hacktivist, deface website untuk tujuan propaganda politik.
"Biasanya upaya tersebut dilakukan dengan menyelipkan pesan provokatif pada website korbannya,” terang Pratama.
Ia mencontohkan tujuan lain misalnya untuk melakukan perkenalan tim hacking mereka, maupun sebagai salah satu kontes dari berbagai forum.
Pada dasarnya, deface website maupun serangan lainnya bisa terjadi pada website yang memiliki celah keamanan.
Misalnya credential login yang lemah, kebanyakan orang menggunakan username dan password sederhana agar mudah diingat.
Media massa diimbau melakukan penetration test agar tidak mudah diretas, belajar dari kasus Tempo dan Tirto.
- Kacau, Kantor Media di Papua Dilempar Molotov, Komnas HAM Ambil Sikap Begini
- MediaMIND 2024 jadi Sarana untuk Mengajak Generasi Muda Berkontribusi Bagi Indonesia
- Pelita Air Layani Pemred Media Massa Terbang ke Bali
- RUU Penyiaran Jadi Topik Hangat, Gibran Ikut Berpendapat
- Media Massa Berperan Penting Deteksi Dini dan Perkuat Daya Tangkal Masyarakat dari Ideologi Terorisme
- Kampanye Pemilu 2024 Dimulai Hari Ini, Penjabat Gubernur Jateng Ajak Media Massa Tangkal Hoaks