Celah Sempit
Oleh Dahlan Iskan
Jumat, 30 Agustus 2019 – 05:15 WIB
jpnn.com - Begitu mendarat di London hebohnya bukan main. Kamis kemarin.
Perdana Menteri Inggris yang baru, Boris Johnson, membekukan parlemen. Di negara cikal bakal demokrasi pun parlemen ternyata bisa dibekukan oleh penguasa.
Caranya yang jeli. Johnson tahu celah sempit itu. Johnson benar-benar Donald Trump-nya Inggris.
Baca Juga:
Sesuai hasil referendum, sebulan lagi Inggris keluar dari Masyarakat Eropa. Tanggal 31 Oktober depan.
Ibarat akan cerai, caranya belum ditemukan. Pun sampai hari ini. Waktu kian mepet.
Di Inggris muncul tiga aliran:
Baca Juga:
- Batalkan perceraian. Toh ketika referendum dulu yang procerai hanya 51 persen.
- Tetap cerai dengan cara baik-baik. Harus disepakati cara-caranya: apa saja hak Inggris, apa pula hak Eropa. Termasuk bagaimana arus barang dan manusia. Bagaimana pengelolaan perbatasan --terutama perbatasan yang berbentuk daratan.
- Pokoknya cerai. Perundingan bisa dilakukan, tapi kalau tidak ada kesepakatan tetap cerai. Urusan keruwetan biarlah ruwet. Terjadilah yang harus terjadi. Que sera sera.
Boris Johnson penganut aliran terakhir itu.
Para penentangnya membayangkan alangkah kisruhnya Inggris. Kalau itu yang terjadi. Ekonomi Inggris akan kacau.
Tiga minggu ke depan ini adalah waktu terpanas di Inggris. Sejarah yang akan mencatat siapa yang benar. Johnson atau Trump. Atau akal sehat.
BERITA TERKAIT