Cendikiawan Suryaatmadja,'Cendikia' Indonesia Yang Jadi Mahasisswa Termuda di Kanada
Diki juga sempat mengikuti kompetisi fisika tingkat SMA dan berhasil masuk ke tingkat provinsi.
Ia mengaku berkenalan dengan fisika saat berusia 8 tahun. Perkenalan itu kemudian berlanjut dengan ketertarikan untuk membaca buku teks fisika SMA.
"Penasaran sekali, meski aku sudah suka matematika dari lama," tutur mahasiswa yang belajar hingga 9 jam sehari ini.
Ia juga mengatakan tak ada sosok yang, secara spesifik, mengenalkannya pada fisika.
Meski demikian, jurusan fisika yang saat ini dipilihnya banyak dipengaruhi oleh segelintir orang dalam kehidupannya, seperti guru ilmu pengetahuan alam di sekolahnya dulu.
Lulus SMA di Bogor tahun 2016, Diki memutuskan untuk berkuliah di University of Waterloo, Kanada, dengan beasiswa penuh dari kampus itu.
"Pilih di sana karena beberapa teman dan guru-ku merekomendasikan kampus itu," ujar remaja yang mengaku lebih nyaman untuk berbicara dalam bahasa Inggris ini.
Waterloo, kata Diki, direkomendasikan karena kampus ini termasuk 10 besar kampus terbaik di Kanada dan terkenal akan jurusan sains-nya.
Nama adalah doa. Ungkapan ini agaknya dihayati betul oleh orang tua Cendikiawan Suryaatmadja, remaja Indonesia yang mulai berkuliah di Kanada sejak umur 12 tahun.
- Pagar Nusa Mesir Resmikan Warga Baru Angkatan 3, Gus Nabil Haroen Tekankan Pentingnya Diaspora
- Mudahkan Belanja Produk Indonesia dari 90 Negara, Master Bagasi Sudah Diunduh 20 Ribu Kali
- Eropa Bersatu Merasa Prihatin terhadap Kondisi yang Dialami Kadin Indonesia
- Diaspora Indonesia di Eropa Berharap Pilkada Serentak 2024 Berlangsung Tanpa Cawe-Cawe Kekuasaan
- Bertemu Diaspora Indonesia di Vancouver, Menko Airlangga Bahas Ekonomi Global
- Kecewa dengan Situasi Politik di Tanah Air, Diaspora Indonesia di Eropa: Lawan Perusak Konstitusi