Cendol Dawet

Oleh: Dahlan Iskan

Cendol Dawet
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Oxygen: 98

Heart beat: 81

Masih tersisa pekerjaan bagaimana membuat negatif.

Memang tidak mudah. Dokter tahu saya seorang 'residivis'. Termasuk saya ini tidak lagi punya empedu. Empedu saya dibuang 15 tahun lalu. Bersamaan dengan hati saya yang penuh kanker. Empedu itu sendiri, yang mengait di hati itu, memang sudah ikut rusak.

Kalau saya terus digelontor obat anti-virus bisa bahaya: bisa-bisa liver dan ginjal saya yang kalah. Kalau saja saya masih punya empedu masih terbantu. Tugas empedu kan memproses racun. Termasuk racun dari obat-obatan.

Dokter juga harus konsentrasi mengatasi terjadinya pencendolan darah. Dua hari pertama di RS kekentalan darah saya sudah berhasil turun 600 poin. Dari 2.600 ke 2000.

Itu belum cukup. Harus turun 1.500 lagi. Sampai tinggal 500. Atau di bawah itu.

Ketika terjadi penurunan 600 poin itu, dosis obatnya dikurangi. Dokter juga harus memikirkan dampak-dampak lainnya. Akibatnya, dua hari kemudian, angka D-Dimer itu naik lagi sedikit: 50 poin. Akhirnya dosis obatnya dinaikkan lagi. Kembali ke dosis awal.

Intinya: cendol-cendol di darah saya itu sangat berbahaya. Terutama karena status saya yang residivis.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News