Cerita dari Mereka yang Sakit Hati Setelah Perusahaan Kecerdasan Buatan Melakukan 'Update'
Ini juga jadi menyoroti masalah etika di perusahaan dan organisasi yang bertanggung jawab atas 'chatbot' yang bisa menjalin hubungan intim dengan pengguna.
"Bagaimana menangani data secara etis dan bagaimana menangani kesinambungan hubungan secara etis, keduanya jadi masalah besar," kata Profesor Brooks dari UNSW.
"Jika kita mengatakan ini akan bagus untuk menjadi teman, atau mungkin akan baik untuk kesehatan mental lewat mengobrol dengannya, kita tidak bisa dengan tiba-tiba menariknya dari pasar," tambahnya.
Tapi membiarkan 'chatbot' tetap bersedia juga tetap berisiko.
"Ini adalah kekuatan super baru," kata Profesor Brooks.
Seperti halnya media sosial menguras perhatian kita dengan konten-konten yang menarik, teknologi baru AI dapat mengeksploitasi kebutuhan dasar manusia, yakni menawarkan percakapan dan menjalin hubungan.
Tapi percakapan ini belum tentu bersifat terapi, seperti yang dijelaskan Profesor Brooks.
"Jika ingin menjaganya, maka Anda dapat menjaga mereka dengan membisikkan kata-kata manis dan mengobrol dengan mereka dengan cara yang baik."
Lucy jatuh cinta dan menjalin hubungan yang intim dengan 'chatbot' yang ia beri nama Jose
- Dunia Hari Ini: PM Kanada Justin Trudeau Mundur karena Popularitasnya Menurun
- Program Makan Bergizi Gratis Diharapkan Menyasar Anak Indonesia di Pedalaman
- Dunia Hari Ini: Etihad Batal Lepas Landas di Melbourne karena Gangguan Teknis
- Samsung Pamer Layar Lipat Canggih di CES 2025
- Talent DNA Jadi Solusi Identifikasi Bakat Digital Anak
- Kabar Australia: Sejumlah Hal yang Berubah di Negeri Kangguru pada 2025