Cerita di Balik Kemiripan Motif Batik Indonesia dan Suku Aborigin Australia

Cerita di Balik Kemiripan Motif Batik Indonesia dan Suku Aborigin Australia
Agus Ismoyo (keempat dari kanan) sempat berkolaborasi dan mengajarkan cara membatik kepada suku Aborigin di kawasan Australia Utara. (Supplied: Agus Ismoyo)

Menurutnya, ini merupakan gambaran dari batik sebagai sebuah kebudayaan yang berkembang sesuai masa.

"Batik itu memang menjadi kebudayaan, menjadi suatu cara yang dipakai, dihidupi, dan menghidupi orang. Karenanya dia bernilai sosial dan ekonomis juga," tutur Maria.

Cerita di Balik Kemiripan Motif Batik Indonesia dan Suku Aborigin Australia Photo: Corak batik yang dibuat suku Aborigin sama dengan Indonesia, namun memiliki gaya tersendiri. (Supplied: Agus Ismoyo)

 

"Di zaman kerajaan Mataram Islam, kalau orang ke pegadaian, jaminannya adalah batik, orang mau lamaran bayarnya pakai batik, dan orang digaji dengan kain batik."

Namun, ia menyayangkan penghargaan warga terhadap pekerjaan pembatik yang semakin menurun.

Padahal menurutnya, pembuatan batik, terutama yang memerlukan ketelitian tinggi membutuhkan waktu produksi yang lebih lama.

"Penghargaan kita tidak berbanding lurus lagi dengan tradisi batik [karena] semuanya diuangkan," kata Maria kepada Natasya Salim dari ABC Indonesia.

"Akhirnya kita memilih batik yang lebih kasar. Cap itu jawaban atas rentang panjang kerja batik tulis."

Perjalanan membatik Agus Ismoyo, seniman kelahiran Yogyakarta, menjadi semakin berwarna ketika berkolaborasi dengan suku Aborigin-Australia kurang lebih 30 tahun yang lalu

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News