Cerita di Balik Lukisan Raksasa Paviliun Permata
Butuh Dua Hari Hanya untuk Buat Kanvas Jumbo

Seniman yang khas dengan sepeda motor Vespa itu mengatakan, aksi melukis di kanvas raksasa tersebut dilakukan untuk menegaskan jati diri Surabaya saat ini. Ide itu sudah lama mengendap di benak Taufik. Namun, untuk merealisasikan, dibutuhkan biaya dan tenaga.
Ketika pengembang proyek Paviliun Permata hendak melakukan pengecoran terakhir, ada komunikasi antara dia dan sang pengembang. Taufik pun menyampaikan ide itu. ’’Ternyata dia sepakat dan siap memfasilitasi,’’ ucapnya.
Mulailah dia bekerja. Awalnya Taufik mengumpulkan seniman yang sevisi dengan dirinya. Lalu, dibuatlah perencanaan bersama 50 seniman itu. Setelah yakin, Taufik bersama rekan-rekannya tersebut mempersiapkan semua perantinya.
Tantangan pertama yang dihadapi adalah menyiapkan kanvas raksasa. Taufik pun berburu dari toko ke toko. Hingga akhirnya menemukan salah satu toko di wilayah Surabaya Utara. ’’Saya memesan kanvas ukuran 2,5 meter persegi ratusan lembar,’’ ujarnya.
Awalnya pemilik toko sempat angkat tangan. Sebab, yang dibutuhkan Taufik sangat banyak. Dia merasa tidak mampu memenuhinya. Namun, Taufik terus merayu dan membujuk sehingga pemilik toko mau menerima pesanannya.
’’Kami butuh dua hari hanya untuk mengumpulkan robekan kain (kanvas, Red) itu,’’ imbuh dia.
Setelah kain terkumpul, pekerjaan lain menunggu ditangani. Puluhan lembar kain dibawa ke penjahit. Sama dengan pengalaman mencari kanvas, penjahit pun enggan menerima order tersebut.
Bujuk rayu pun dilakukan hingga akhirnya kanvas tersambung menjadi lembaran putih yang siap ditorehi cat.
Sabtu (27/9) masyarakat Surabaya disuguhi aksi melukis di kanvas raksasa. Kegiatan itu salah satu ide Taufik Monyong, seniman eksentrik Surabaya.
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu