Cerita di Balik Lukisan Raksasa Paviliun Permata
Butuh Dua Hari Hanya untuk Buat Kanvas Jumbo

Kamis (25/9) persiapan aksi melukis di kanvas raksasa dilakukan.
Namun, kendala baru kembali menghadang. Yaitu, memasang kanvas itu ke tembok. Bisa dibayangkan, memasang kain berukuran 10 meter saja sudah cukup sulit. Apalagi, yang hendak dipasang itu mencapai 60 meter. ’’Kami harus menggunakan alat berat,’’ ujar Taufik.
Dia pun meminta bantuan pengembang yang terus mendukung proses dari awal hingga akhir. Dengan susah payah, kanvas mulai dipasang dengan menggunakan alat berat.
Setelah itu, ada persiapan lain yang harus dilakukan. Yakni, menyiapkan cat dan kuas untuk pelukis.
Taufik memerinci, cat yang dipakai berjenis akrilik dan terdari atas lebih sepuluh warna. Setiap warna membutuhkan 25 kilogram. Sedangkan kuas lebih dari seratus biji. Asumsinya, setiap seniman membawa dua kuas.
Tuntas persiapan, mulailah acara melukis. Sebelumnya 50 seniman itu kembali memantapkan konsep. Mereka melihat kondisi di lapangan. Maklum, selain kanvas cukup lebar, medan melukis harus menggunakan perangkat proyek.
Setiap seniman berkoordinasi agar lokasi penggarapan mereka tepat. Selain itu, lukisan bisa selesai cepat dan sesuai yang diharapkan. ’’Yakin dengan posisi masing-masing, kami mulai gerak ke lapangan,’’ kata Taufik.
Lima puluh seniman itu langsung menuju dinding tempat kanvas terpasang. Mereka menaiki tangga yang biasa digunakan pekerja untuk membangun dinding gedung. Ada tiga tangga yang berimpitan dengan dinding itu.
Sabtu (27/9) masyarakat Surabaya disuguhi aksi melukis di kanvas raksasa. Kegiatan itu salah satu ide Taufik Monyong, seniman eksentrik Surabaya.
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu