Cerita Dokter Aulia Giffarinnisa di Garda Paling Depan Penanganan Covid-19
Selama bertugas, banyak suka duka yang dihadapi, apalagi pada September lalu, tempat tidur di komplek Wisma Atlet hampir penuh.
“Awalnya takut, tetapi akhirnya cepat beradaptasi. Sistem kerja shift delapan jam, tetapi karena memakai APD maka harus bersiap satu jam sebelumnya. Selama bertugas juga tidak boleh membuka APD jadi tidak boleh buang air dan terpaksa puasa,” kata Farin.
Meski termasuk dokter muda dari daerah, Farin merasa aman dan nyaman selama melayani pasien.
Dia juga tidak merasa berjarak dengan tenaga medis dan kesehatan lainnya.
“Di sini semuanya satu misi untuk menangani COVID-19 jadi semuanya disiplin. Beda dengan di luar, masih ada yang cuek dengan protokol kesehatan,” tuturnya.
Dia mengakui, dalam dinamika bertugas pasti ada sejumlah tantangan dari para pasien yang dirawatnya, apalagi Farin bertugas untuk menangani pasien yang masuk kategori bergejala berat.
“Agak tertekan ketika menghadapi pasien yang ngeyel karena tidak nyaman dalam perawatan. Kadang mereka sering melepas selang oksigen padahal mereka sangat perlu hanya mereka merasa tidak nyaman,” ujarnya.
Jika menemukan pasien-pasien seperti itu, Farin mengaku akan melakukan pendekatan secara psikologis.
Aulia Giffarinnisa mengatakan, kontribusi minimal yang bisa dilakukan adalah mencegah penularan dari diri sendiri dan orang di sekitar.
- Satgas Covid-19 Tegaskan Pintu Masuk Indonesia Terus Diperketat Cegah Omicron
- Cegah Penyebaran Omicron, Ini Daftar 14 Negara yang Dilarang Masuk Indonesia
- Jelang PTM 100 Persen, Bu Retno Ungkap Pelanggaran Protokol Kesehatan di Sekolah
- Satgas Covid-19 Perketat Pintu Masuk di Batam Menyusul Temuan Tes PCR Palsu
- Satgas Covid-19 Minta Masyarakat Lakukan Hal ini Agar Terhindar dari Omicron
- Ada 8 Kasus Omicron, Satgas Covid-19 Minta Rumah Sakit Lakukan Ini