Cerita Dua Mantan Komandan Paspampres Kawal Presiden dan Wapres
Mega Senang Jajan Kuliner, Soeharto Penuh Ancaman

Suami Norma Riana itu menuturkan, dirinya sangat beruntung pernah menduduki posisi sebagai komandan Paspampres. ’’Menjadi Paspampres itu sebuah kehormatan. Sebab, yang kami kawal pemimpin negara. Saya bisa lihat negara-negara lain juga saat presiden melakukan kunjungan kerja ke luar negeri,” urainya sembari tersenyum.
Tak jauh berbeda, Endriartono Sutarto juga punya pengalaman berharga saat menjadi komandan Paspampres di era Presiden Soeharto. Sebab, mantan panglima TNI tersebut menjadi Danpaspampres ketika Soeharto digulingkan oleh gerakan reformasi pada periode 1997–1998. Situasi politik dan keamanan tanah air sedang genting-gentingnya. Soeharto yang sudah menjabat 32 tahun menjadi target utama pelengseran sebagai presiden.
’’Setiap hari demo massa mendekat ke Cendana. Ibaratnya, kami ingin memicingkan mata sebentar saja tidak bisa. Sebab, tingkat ancaman terhadap presiden sudah sangat tinggi,’’ papar Tono –sapaan peserta konvensi calon presiden dari Partai Demokrat itu– saat ditemui di kantornya, Bank Pundi, pekan lalu.
Mantan kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) tersebut mengisahkan, dirinya mendampingi Presiden Soeharto saat detik-detik mundurnya presiden kedua RI tersebut. Saat itu, 15 Mei 1998, Soeharto baru saja mengakhiri lawatan dari luar negeri untuk mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-15 di Kairo, Mesir. Dia mempercepat kepulangannya ke tanah air setelah mendengar situasi keamanan di tanah air yang terus memanas.
’’Presiden Soeharto akhirnya memutuskan pulang ke Indonesia lebih cepat dari jadwal,” kenangnya.
Semula Tono dan pasukannya berencana mendarat di Denpasar, Bali, bukan di Jakarta seperti diagendakan. Alasannya, keamanan Soeharto terancam karena kondisi di ibu kota semakin genting. Namun, yang bersangkutan menolak.
’’Beliau mengatakan, ’Apa pun yang terjadi di Jakarta, saya harus mendarat di sana dan jangan dialihkan ke mana pun.’ Akhirnya pendaratan tetap dilakukan di Jakarta, di Bandara Halim Perdanakusuma,” paparnya.
Begitu tiba di Jakarta, Soeharto langsung menuju kediamannya di Cendana. Saat itulah pengawalan yang dilakukan Tono dan pasukannya betul-betul ekstra. Tono harus memperhitungkan dengan cermat segala sesuatunya, termasuk rencana evakuasi darurat.
Sejak terpilih menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dari daerah pemilihan (dapil) Maluku, aktivitas Nono Sampono semakin padat. Bertemu
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu