Cerita Emi, Syafrida dan Yusmiati, 3 Perempuan di Gang Warna-warni

Cerita Emi, Syafrida dan Yusmiati, 3 Perempuan di Gang Warna-warni
Gambaran Gang Warna-warni di Purus Kota Padang. Foto: Sonya Andomo/Padek

Suaminya bekerja sebagai tukang becak. Dia tidak mampu membuat ukuran kamar mandi menjadi lebih besar lagi, sehigga terpaksa harus mencuci piring di luar rumahnya.

Emi memiliki tujuh orang anak dan dua orang cucu. Namun, Emi tampak tidak memiliki beban yang cukup berarti di matanya.

"Saya menetap di sini semenjak usia 15 tahun, waktu itu baru menikah. Hingga sekarang saya menjalani kehidupan yang cukup bahagia dengan memiliki tujuh orang anak dan dua orang cucu," katanya.

"Tentu uang sebagai ojek becak tidak selalu membuat dapur mengepulkan asap, tetapi enggak usah dipikirkan saja,” tuturnya sambil lanjut menggosok piring yang bernoda minyak.

Dia juga menyatakan mendapat beberapa bantuan dari pemerintah seperti Program Keluarga Harapan (PKH). Namun, semenjak Februari lalu, bantuan berupa beras dan sembako itu berhenti ia peroleh.

Selain Emi, Syafrida, janda berusia 60, tinggal bersama anak bungsu dan satu orang cucu.
Dia memiliki tanggung jawab untuk menyekolahkan anaknya, ia bekerja sebagai buruh pembuat ketupat.

"Sudah lama saya menjadi janda, dan harus menghidupi seluruh anak-anak saya. Oleh karena itu saya membuat ketupat yang kemudian dijual kepada pemborongnya. Uangnya saya sisihkan untuk sekolah anak, dan kebutuhan makan. Meskipun tidak terpenuhi, kami juga memperoleh sumbangan anak yatim yang dapat menunjang kebutuhan sehari-hari dan sekolah anak,” katanya.

Dia mengaku, meski berstatus janda dan masih memiliki tanggungan anak, ia tidak memperoleh bantuan sosial dari pemerintah.

Tiga perempuan di Gang Warna-warni punya cerita. Serupa, tetapi tak sama. Simak selengkapnya di sini.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News