Cerita Emi, Syafrida dan Yusmiati, 3 Perempuan di Gang Warna-warni

Cerita Emi, Syafrida dan Yusmiati, 3 Perempuan di Gang Warna-warni
Gambaran Gang Warna-warni di Purus Kota Padang. Foto: Sonya Andomo/Padek

Ida mengatakan bantuan yang ia peroleh hanya sekali, yaitu berupa beras tiga karung, telur, dan uang dengan jumlah Rp 500 ribu. Setelah itu, nihil.

Adapun Yusmiati juga mengeluhkan hal yang hampir serupa. Memiliki empat orang anak membuatnya cukup kesulitan untuk membuat dapurnya selalu mengepul.

Sejak suaminya meninggal, perempuan paruh baya itu menggantungkan hidup sepenuhnya kepada anak-anaknya.

“Dulu suami bekerja sebagai penyepuh emas, sehingga kebutuhan untuk hidup terpenuhi secara maksimal. Namun, semenjak ia meninggal, kadang untuk makan saja susah, apalagi untuk menyekolahkan anak. Untungnya kedua anak saya memilih untuk tidak melanjutkan sekolah dan bekerja sebagai penjaga toko, sehingga dapat mencukupi kebutuhan harian dan biaya kontrakan,” sebutnya.

Yusmiati harus mengeluarkan uang sebesar Rp 400 ribu untuk biaya kontrak rumah dan listrik setiap bulannya.

Ia mengatakan jika bukan dari dua anaknya, ia akan sangat kebingungan untuk mencari biaya tersebut.

Perempuan yang memiliki seorang cucu itu mengatakan beberapa kali memperoleh bantuan langsung dari pemerintah, tetapi bantuan tersebut tentu tidak mencukupi kebutuhannya secara penuh.

“Dulu saya pernah beberapa kali memperoleh bantuan langsung dari pemerintah, tetapi jumlahnya tidak cukup, ditambah lagi saya harus membayar kontrakan dan listrik setiap bulannya. Oleh sebab itu kedua anak saya berhenti sekolah dan memilih sebagai penjaga toko untuk menopang kebutuhan ekonomi harian saya,” ujarnya.

Tiga perempuan di Gang Warna-warni punya cerita. Serupa, tetapi tak sama. Simak selengkapnya di sini.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News