Cerita Guru dari Pedalaman Maluku, Ambil Gaji Harus Jalan Kaki 25 Km
Buku yang Dipakai Masih Kurikulum 2006
jpnn.com - PENGORBANAN Zainul Abidin Kelian (49) sebagai guru, bersama 4 pengajar lainnya di pelosok Maluku, tepatnya di kampung suku Kelian, Kabupaten Seram Timur sangat mengagumkan. Wajar jika Zainul mendapat penghargaan Setya Lencana dari negara.
Sudah 19 tahun, Zainul mengabdi sebagai guru SD maupun madrasah. Selama itu pula, pahit manisnya menjadi guru telah dirasakannya. Dimulai dari fasilitas sekolah yang tidak pernah lengkap karena jarak kampung puluhan kilometer dari perkotaan.
"Murid-murid kami harus bersabar karena fasilitas yang minim. Kami tidak bisa seperti anak-anak sekolah di kota yang pratikum dengan alat modern. Kami pakai alat-alat tradisional yang ada saja," tutur Zainul pada JPNN.
Alam pun menjadi salah satu tempat bagi murid Zainul belajar. Semua dilakukan manual. Pelajaran biologi, ya keluar dari kelas dan mempelajari langsung semua yang bisa dipelajari dari alam. Jangan harap pula pelajar Zainul bisa mengenal ilmu lain lewat internet, karena kata ayah empat anak tersebut, tidak ada sinyal internet apalagi telepon di kampungnya.
"Kalau ada yang telepon saya tidak masuk, berarti saya ada di kampung saya. Tidak ada sinyal sama sekali," kata Zainul sambil tertawa kecil.
Zainul mengaku, bangunan sekolah tempatnya mengajar cukup memadai dan layak untuk para murid. Tapi tidak dengan fasilitas lain. Di perpustakaan sekolah hanya ada buku-buku pengayaan. Buku pelajaran hanya ada untuk panduan guru. Para siswa tidak semua mendapatkan buku pelajaran karena persediaan terbatas. Di sekolah itu, hanya ada 79 siswa.
Satu kelas maksimal terisi 11 sampai 12 orang. Tapi, bahkan tak ada buku pelajaran yang cukup untuk menjadi panduan mereka belajar.
"Kami juga masih pakai buku kurikulum 2006. Di tempat lain sudah kurikulum 2013," sambung Zainul.
PENGORBANAN Zainul Abidin Kelian (49) sebagai guru, bersama 4 pengajar lainnya di pelosok Maluku, tepatnya di kampung suku Kelian, Kabupaten Seram
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara