Cerita Kehidupan Warga Indonesia Menjalani Lockdown Lebih Ketat di Melbourne
"Kami melihat daya beli dari pelanggan di kawasan pusat kota sudah agak melemah dan di kawasan suburb juga, orang-orang lebih berhati-hati untuk mengeluarkan uang," ujarnya.
Menurutnya minat yang turun ini tidak lepas dari sejumlah warga Indonesia yang kehilangan pendapatannya.
Ratna Lestari yang tinggal di kawasan South Yarra mengatakan batas lima kilometer itu sebenarnya masih luas.
"Lima kilometer ke utara, selatan, barat, dan timur, jadi sebenarnya tidak sesempit yang dikira, tapi yang penting apakah ada pasar, supermarket, apotek di radius tersebut?" kata Ratna.
Baca artikel terkait:
- Pasang surut bisnis warga Indonesia di Melbourne saat 'lockdown' kedua diberlakukan
- Seberapa membantu tunjangan uang dari Pemerintah Australia bagi warga Indonesia yang berhak mendapatkannya?
- Warga Melbourne disarankan menggunakan masker bila keluar rumah dan jika tak bisa jaga jarak
Yovita Melia di pusat kota Melbourne mengatakan pembatasan maksimal lima kilometer untuk beraktivitas sebagai "konsep paling masuk akal" untuk menekan penularan COVID-19.
"Menurut saya ini tidak jadi masalah. Malah lebih bagus lagi, karena orang tidak bisa bepergian melebihi batas yang telah ditentukan sehingga lebih aman," ujar Brainly Daniel Sondakh, mahasiswa Indonesia yang tinggal di Noble Park.
Tapi mahasiswa Indonesia lainnya, Susan Purba di Noble Park mengatakan pembatasan jarak ini membuat praktiknya menjadi tertunda.
Kawasan metropolitan Melbourne memberlakukan aturan pembatasan yang lebih ketat untuk menekan angka penularan corona dengan menaikkannya ke tahap empat dan kini dinyatakan dalam status bencana
- Dunia Hari Ini: Terpidana Mati Kasus Narkoba Mary Jane Dipulangkan ke Filipina
- Australia Juara Menangkap Pengunjuk Rasa Lingkungan
- Dunia Hari Ini: Assad Buka Suara Lebih dari Seminggu Setelah Digulingkan
- Lima Anggota Bali Nine Sudah Kembali dan Akan Hidup Bebas di Australia
- Dunia Hari Ini: Warga Australia Keracunan Minuman Beralkohol di Fiji
- Sekolah di Australia yang Menutup Program Bahasa Indonesia Terus Bertambah, Ada Apa?