Cerita Komunitas Langit Selatan Menyambut Gerhana Matahari Total

Cerita Komunitas Langit Selatan Menyambut Gerhana Matahari Total
Komunitas Langit Selatan yang sedang sibuk menyambut gerhana matahari total. FOTO: Dhimas Ginanjar/JAWA POS

Apalagi, astronomi masih saja dikaitkan dengan banyak mitos. "Sekarang sudah nggak terlalu banyak. Tapi, semalam pas mau check in, ada petugas yang tanya kalau GMT boleh beraktivitas ke luar nggak. Aku jawab aja: nggak sekolah karena kan Nyepi (tanggal merah, Red)," candanya lantas tertawa.

Astronom Langit Selatan lainnya, Ferry M. Simatupang, mengatakan bahwa gerhana juga akan menjadi pintu masuk untuk mempelajari korona matahari dibanding snapshot korona lain. Tujuannya, melihat polanya dari waktu ke waktu. "Melalui gerhana juga bisa untuk mempelajari timing kontak pertama antara matahari dan bulan," ujarnya. 

Momen itu bisa dimanfaatkan untuk mempelajari bagaimana dinamisnya rotasi bumi. Langit Selatan, kata Ferry, sangat tertarik dengan fenomena tersebut. 

Karena itu, sejak jauh hari pembicaraan mengenai ekspedisi tersebut dilakukan. Meski harus mereka tebus dengan uang pribadi yang tidak sedikit, Ferry yakin pengamatan di Maba akan membawa hasil setimpal.

Sebelum proses pembuatan kacamata matahari selesai, untuk melepas lelah, Ferry pun menggoda teman-temannya. Dia memasang dua filter lensa untuk teleskop yang berukuran besar di mata. 

Ferry pun jadi terlihat mirip mata besar Kesatria Baja Hitam. Bedanya, warna mata itu hitam karena filter ND5. "Pengamatannya nanti begini," katanya lantas disambut tawa teman-temannya. (*/c9/ttg)



Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News