Cerita Para Juru Pelihara Situs Gunung Padang yang Harus Kerja Ekstra

Paling Sulit Cegah Pengunjung Naik di Bebatuan

Cerita Para Juru Pelihara Situs Gunung Padang yang Harus Kerja Ekstra
JAGA GUNUNG: Nanang menjelaskan situs megalitikum Gunung Padang yang dijaganya setiap waktu. Situs peninggalan prasejarah itu masih meninggalkan misteri. Foto: Hilmi Setiawan/Jawa Pos

Situs Gunung Padang mulai ramai dikunjungi empat tahun terakhir. Itu terjadi setelah Andi Arief, staf khusus Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bidang bencana, menyebut di dalam situs Gunung Padang terdapat bangunan berbentuk piramida. Sejak itu, berbagai penelitian arkeologi kembali digiatkan. Sejak itu pula orang berduyun-duyun ingin menyaksikan dari dekat bangunan piramida raksasa di gunung tersebut.

Asep mengatakan, menjaga situs Gunung Padang merupakan suatu kehormatan. Sebab, tidak setiap warga setempat bisa menjadi petugas situs purbakala itu. Hanya orang-orang terpilih yang boleh menjadi juru pelihara. ’’Sejak lahir saya sudah punya ikatan dengan situs Gunung Padang ini,’’ tuturnya.

Sebab, Asep dilahirkan di sebuah lembah tidak jauh dari situs tersebut. Sayang, desa tempat Asep dilahirkan itu kini sudah hilang karena disapu banjir bandang. Dia pun harus pindah ke desa lain.

Sebagai juru pelihara paling senior, Asep memang paling mahir menjelaskan situs Gunung Padang dengan lebih detail. Dia menyebutkan bahwa situs itu merupakan tempat pemujaan bagi nenek moyang. Sebab, lokasi situs menghadap Gunung Gede dan Gunung Parangro di seberangnya. Menurut kepercayaan orang tempo dulu, dua gunung tersebut merupakan poros untuk memuja Sang Pencipta.

Gunung Padang juga berada di tengah beberapa gunung besar. Di sisi barat ada Gunung Karuhun, sisi timur Gunung Pasir Malang, dan di selatan Gunung Malati, Gunung Pasir Empet, serta Gunung Batu.

Menurut Asep, meskipun dipercaya sebagai peninggalan 5.000 tahun SM, situs Gunung Padang pernah digunakan kerajaan-kerajaan di Jawa Barat. Di antaranya, Kerajaan Pajajaran dan Kerajaan Siliwangi. Itu dibuktikan dengan penemuan koin-koin berlubang dari Tiongkok di kolam bagian depan area situs. Koin-koin tersebut sezaman dengan Kerajaan Siliwangi.

Waktu itu diduga ada kepercayaan, setiap warga yang selesai mengunjungi situs tersebut untuk memuja harus melemparkan uang logam ke kolam tempat menyucikan kaki. Dengan harapan, mereka akan mendapatkan rezeki berlebih atau hal baik lainnya.

Selain penemuan koin, di area lokasi situs ditemukan pecehan-pecahan keramik dari Dinasti Ming (1386–1644) dan Dinasti Song (960–1272). Pecahan keramik itu mengindikasikan situs Gunung Padang pernah menjadi tempat para petinggi kerajaan yang sedang berkuasa di Jawa Barat.

Situs megalitikum Gunung Padang di Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Cianjur, Jawa Barat, semakin menarik perhatian dunia arkeologi dan masyarakat

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News