Cerita Para Nelayan yang Selamat dari Tsunami, Ngeri!
Setelah bersusah payah berenang, sekitar pukul 22.00 mereka pun sampai di daratan pulau tersebut. Dalam kondisi bayah kuyup, mereka berjalan kaki selama sekitar empat jam hingga Cigenter di Ujung Kulon. ”Bermalam di Cigenter, sampai Minggu jam 2 pagi,” tambah dia.
Mereka pun menemukan perahu kecil sepanjang 5 meter. Sepuluh orang itu berdesak-desakan menuju bagang (semacam gubuk untuk berteduh saat mencari ikan teri). ”Karena kedinginan. Banyak buaya juga. Udah, berani saja,” ujar Topik.
Mereka akhirnya sampai di dua bagang. Sepuluh orang tersebut berbagi tempat untuk melewati malam itu. ”Tidurnya sambil duduk. Karena tempatnya kecil sekali,” jelas dia.
Hingga mentari terbit, sepuluh orang itu masih berada di bagang. Mereka baru beranjak dari bagang setelah pemilik perahu kolek datang dan memberikan perahu tersebut. ”Kami pun ke Pulau Handeuleum,” ujar dia.
Dari pulau tersebut, mereka berusaha mencari pertolongan. Tapi, hanya Topik dan Nara yang diminta untuk meminta bantuan warga di kampung. (*/c10/agm)
Nara, seorang nelayan di Pandeglang, Banten, cerita bisa selamat dari terjangan tsunami karena pegangan fiber.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Teuku Wisnu: 16 Tahun Silam, Saya Selalu Merinding Mengingat Kejadian itu
- Setahun Pascatsunami, Ekonomi Nelayan Pandeglang Menggeliat
- Ifan Seventeen Masih Takut ke Pantai Pascatsunami Banten
- Setahun Tsunami Banten, Ifan Seventeen Gelar Tahlilan
- Ifan Seventeen Kenang 1 Tahun Tsunami Banten
- Ratusan Jasad Korban Tsunami Thailand 2004 Belum Teridentifikasi