Cerita Perawat Honorer K2 Menghadapi Pasien Tidak Jujur
Sebenarnya, kata Ani, di Puskesmas Cijeungjing dapat APD hazmat dari Dinas Kesehatan Kab Ciamis. Namun, setiap puskesmas hanya dapat 3 APD hazmat. Sementara tenaga kesehatannya ada 20 orang.
Alhasil, kepala puskesmas berinisiatif menjahitkan gaun medis untuk 20 nakes. APD hazmat digunakan bila menangani pasien yang menunjukkan gejala corona.
"Waktu itu gaun medisnya belum selesai dijahit jadi cuma pakai baju dinas ditambah masker dan sarung tangan. Beruntung setelah pasiennya dirujuk ke rumah sakit, yang bersangkutan negatif corona," tuturnya.
Meski begitu, Ani bersama rekan-rekannya suka sedih bila bertemu pasien yang tidak jujur.
Seolah-olah COVID-19 adalah aib sehingga informasi yang berkaitan dengan penyakit pasien ditutupi. Padahal, hal itu justru membahayakan banyak orang.
Kekhawatiran Ani dan rekan-rekannya sekarang adalah jelang ramadan dan lebaran akan banyak yang mudik. Otomatis makin banyak ODP (orang dalam pemantauan).
Untuk melindungi para nakes, pihak Puskesmas memberikan kebijakan konsultasi lewat telepon.
Pasien bisa menceritakan keluhan penyakitnya kemudian oleh dokter disiapkan obat. Nanti keluarga pasien yang mengambil obatnya.
Ani Andriani, seorang perawat berstatus honorer K2, cerita saat menghadapi pasien tidak jujur soal riwayat perjalanannya, di tengah pendemi virus corona.
- Penentuan Kelulusan PPPK 2024, Bima: Kasihan yang Sudah Antre Lama
- Penjelasan BKN soal Penentuan Kelulusan PPPK 2024, Honorer K2 Bisa Senang Nih
- Inilah Kriteria Honorer Dapat Banyak Afirmasi di Seleksi PPPK 2024, Bebas Pilih OPD
- Pendaftaran PPPK 2024 Tahap II Pemkot Mataram Dibuka, Ini Pesan Pak Taufik Priyono
- Honorer K2 Mengabdi 32 Tahun Gagal Ikut Tes PPPK 2024, Presiden Tolonglah
- Belasan Ribu Honorer Gagal PPPK 2024 Tahap 1, Tak Bisa Daftar Lagi, Terus Piye?