Cerita Pertemuan Keluarga Abdoel Manap-Abdoel Hamid setelah Terpisah selama 70 Tahun
Gara-gara Ganti Nama Jadi Ketut Ida Suprata
Selasa, 28 Agustus 2012 – 00:28 WIB

TAK SANGKA: Abdoel Manap (berdiri pakai topi) bersama keluarga Kathi Suprata (dua dari kanan) saat pertemuan di rumah Probolinggo. Foto : Radar Bromo
Ihwal perpisahan dua bersaudara tersebut terjadi ketika Abdoel Hamid mendaftarkan diri menjadi siswa di sekolah pelayaran milik pemerintah Jepang yang berkedudukan di Singapura pada 1942. Nama sekolahnya, Shonan Seinin Yoshesho. Shonan dalam bahasa Jepang berarti Singapura, seinin berarti pemuda, dan yoshesho berarti pelayaran.
Setelah dia tiga tahun di Singapura, Jepang kalah perang oleh tentara sekutu yang berakibat geopolitik tanah air pada 1945 berubah drastis. Karena takut ditangkap sekutu lantaran dianggap bagian dari tentara Jepang, Abdoel Hamid bersama temannya, Husaini yang berasal dari Magelang (Jateng), lari ke Sarawak, Malaysia, untuk bersembunyi.
Setelah situasi aman, mereka kembali ke Singapura. Untuk menghilangkan jejak, mereka mengubah identitasnya, termasuk tempat kelahiran keduanya. Abdoel Hamid berubah nama menjadi Ketut Ida Suprata, sedangkan Husaini menjadi Ketut Ida Sumarta. Keduanya mengaku berasal dari Denpasar, Bali.
Selanjutnya, Abdoel Hamid (dengan nama barunya, Red) bekerja di kapal Inggris. Beberapa waktu kemudian dia pindah ke kapal Amerika. Saat kapal Amerika itu pulang ke negaranya dan berlabuh di New York, Abdoel Hamid alias Ketut Ida Suprata memutuskan keluar dan mencari perlindungan di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Washington.
Keturunan Abdoel Hamid di Washington, Amerika Serikat, nyaris putus hubungan dengan keluarga adiknya, Abdoel Manap, di Probolinggo, Jawa Timur. Namun,
BERITA TERKAIT
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu