Cerita Prof Azyumardi Bertemu Perempuan Berjilbab Pendukung Ahok
"Saya pernah ketemu ibu-ibu dan anaknya yang pakai jilbab fotokopi KTP untuk mendukung Ahok, waktu dia maju sebagai calon independen. Bayangkan saja," paparnya.
Jadi tidak ada hubungan antara meningkatnya kesalehan di antara masyarakat muslim dengan perilaku politik yang pro partai Islam.
"Buktinya apa, pada Pemilu 2019 tinggal dua partai Islam yang dapat suara yaitu PKS dan PPP. Kalau PKB dan PAN itu bukan parpol Islam tetapi partai asasnya pancasila," ujarnya.
Kecenderungan politik identitas itu dinilai sudah meredup, sempat meningkat pada Pilkada DKI, tetapi setelah itu semakin terpecah belah.
Puncaknya ketika Prabowo menolak calon ulama untuk jadi cawapresnya dan mengambil Sandiaga Uno. Ditambah lagi saat Prabowo masuk kabinet.
"Jadi kekuatan politik identitas itu antara ada dan tidak ada," katanya.
Namun politik identitas bisa muncul kembali jika ada figur seperti mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
"Kalau mau politik identitas muncul lagi, dibutuhkan orang seperti Ahok."
Prof Azyumardi Azra mengatakan politik identitas susah bangkit meski Indonesia mayoritas Islam, menyebut nama Ahok.
- Pramono-Rano Bisa Menang Satu Putaran Jika Anak Abah-Ahoker Bersatu
- Pramono Dinilai Samarkan Dukungan PDIP dan Megawati karena Faktor Ahok
- Dukungan Anies untuk Pram-Rano Bakal Berdampak Signifikan
- Momen Ridwan Kamil Soroti Kerja Ahok dan Anies di Debat Pilgub Jakarta
- Ketika Ridwan Kamil Jadikan Ahok & Anies Sasaran Tembak di Debat Terakhir
- Sindir Pram-Rano di Debat, Ridwan Kamil Menyeret Nama Ahok