Cerita Sedih Tentara Wanita Korut: Jadi Pemuas Komandan

Putri seorang profesor, So Yeon, yang sekarang berusia 41, tumbuh di utara negara ini. Banyak anggota keluarga laki-lakinya adalah tentara. Ketika kelaparan menghancurkan negara itu pada tahun 1990-an, dia mengajukan diri menjadi anggota.
Termotivasi oleh pemikiran tentang asupan makanan yang dijamin setiap hari, ribuan perempuan muda lain melakukan hal yang sama.
”Kelaparan menghasilkan masa yang sangat rentan bagi perempuan di Korut,” kata Jieun Baek, penulis Hidden Revolution Korea Utara.
”Lebih banyak perempuan harus bekerja. Dan, banyak dari mereka mengalami penganiayaan, terutama pelecehan dan kekerasan seksual,” katanya.
Jieun Baek mengatakan kesaksian Lee So Yeon sesuai dengan kisah lain yang telah mereka dengar. Namun, Baek mengingatkan kalau pembelot Korut harus diperlakukan dengan hati-hati.
”Permintaan mengenai cerita dari Korut sangat tinggi. Ada kemungkinan orang akan menceritakan kisah yang berlebihan kepada media terutama bila bayarannya bagus. Banyak pembelot yang sekarang menjual cerita mereka,” kata Baek.
Namun, Lee So Yeon tidak dibayar untuk wawancara dengan BBC. Harapannya, cerita yang keluar dari So Yeon bukan abal-abal.
Dikisahkan So Yeon, dia resmi jadi tentara pada usia 17 tahun. Rutinitas harian untuk pria dan perempuan hampir sama.
Yang lebih menderita lagi adalah para tentara wanita. Mereka diperlakukan sangat rendah. Hanya menjadi pemuas nafsu para komandannya.
- OKI Tuntut Penyelidikan Terkait Pembunuhan Pekerja Kemanusiaan di Gaza
- Demo di Akhir Pekan, Ribuan Warga Amerika Kecam Persekutuan Elon Musk & Donald Trump
- 19 Juta Jiwa Jadi Korban Gempa, Junta Myanmar Masih Sibuk Urusan Perang Saudara
- Gempa M 7,2 Melanda Lepas Pantai Papua Nugini
- Gempa Myanmar, Korban Meninggal Dunia Mencapai 3.301 Orang
- Tornado Menyapu Amerika, 55 Juta Jiwa Terancam