Cermin dari De Soto dan Yunus (2)

Cermin dari De Soto dan Yunus (2)
Cermin dari De Soto dan Yunus (2)

Rupanya "zaman kupon" itu diteruskan oleh kedua negeri jiran itu. Pemerintah menyuntik modal kepada petani secara hibah. Bukan kredit. Dari mana sumber dananya?

Ternyata mengucur dari Kantor Bantuan Dana Penanaman Kembali Karet Thailand. Institusi inilah yang mengeluarkan izin ekspor dan memetik pungutan ekspor (PE). Nah, 85 persen dari PE itu, kemudian menetes kepada petani yang mau meremajakan kebun karetnya.

Kita terbayang masa depan petani karet Thailand akan cerah. Logikanya, jika kini produksi karet alam dunia sebesar 9,9 juta ton dan karet sintetis sekitar 12, 9 juta ton, bisa diprediksi bahwa karet sintetis akan menyusut karena stok minyak bumi yang menipis dan kian mahal pula.

Tragisnya, Indonesia punya PE karet (dan CPO), tapi duitnya tidak mengalir kepada petani. Barangkali, "zaman kupon karet" di masa silam itu menarik dimodifikasi. (*)

PEMENANG Nobel Perdamaian 2006 asal Bangladesh, Muhammad Yunus, pun pernah datang ke Jakarta. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Chittagong, Bangladesh


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News