Charlie Hebdo & Joseph Suryadi

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Charlie Hebdo & Joseph Suryadi
Ilustrasi Charlie Hebdo. Foto: Reuters

Selain sepuluh korban tewas ada lima orang korban lainnya yang selamat, tetapi mengalami luka tembak yang cukup serius.

Charlie Hebdo atau Mingguan Charlie adalah media satir yang menampilkan kartun, laporan, polemik, dan lawakan. Menggunakan gaya bahasa yang sarkastis dan sering nyinyir terhadap nilai-nilai agama.

Majalah ini menegaskan dukungannya terhadap politik kiri dan menegaskan sikap editorialnya yang anti-agama.

Para penyerbu adalah orang-orang yang geram terhadap serangkaian kartun Charlie Hebdo yang menggambarkan Muhammad saw dalam berbagai bentuk.

Pria bersenjata itu berteriak, ‘’Kami membalaskan dendam Nabi Muhammad,’’ sambil memuntahkan peluru.

Sejarah pelecehan terhadap Muhammad saw dan reaksi keras terhadapnya sudah merentang lama. Novelis Salman Rushdie pada 1988 menerbitkan novel kontroversial ‘’Satanic Verses’’ yang membuat marah umat Islam seluruh dunia.

Rushdie dianggap menghina Islam karena isi novelnya yang terang-terangan menghina Islam dan Rasulullah. Pemimpin spiritual Iran Ayatollah Khomeini pada 1989 mengeluarkan fatwa hukuman mati kepada Rushdie.

Khomeini menyerukan kepada seluruh umat Islam untuk memburu dan membunuh Rushdie karena darahnya dinyatakan halal. Sejak keluarnya fatwa mati itu Rushdie bersembunyi dan menyamar dengan menggunakan nama lain.

Joseph Suryadi menggambarkan seorang laki-laki memakai jubah, menggandeng seorang perempuan membawa boneka.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News