China Anggap Australia Ganggu Stabilitas Laut China Selatan

Konstruksi yang paling banyak dilakukan di terumbu Fiery Cross, yang juga diklaim oleh Filipina, Vietnam dan Taiwan.

Supplied: Asia Maritime Transparency Initiative
Menurut AMTI, hanggar yang lebih besar di sepanjang landasan terbang, penyimpanan bawah tanah yang baru, instalasi radar dan sensor dan tempat penampungan yang mengeras untuk platform peluncuran rudal dibangun di daratan itu selama 12 bulan terakhir.
Awal tahun ini, China dan Asosiasi Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN) menyetujui sebuah kerangka negosiasi untuk kode etik di jalur strategis yang sangat penting.
Pemerintah China belum mengatakan apakah ada kode, jika itu disepakati, yang akan mengikat secara hukum.
Para kritikus melihat perundingan diplomatik sebagai taktik menunda untuk mengizinkan China menyelesaikan program militerisasi.
Tahun lalu, sebuah pengadilan internasional di Den Haag membatalkan dasar hukum untuk sebagian besar pekerjaan reklamasi pulau di China, tanpa membuat keputusan mengenai sengketa teritorial itu sendiri.
Pemerintah Filipina sebelumnya mengajukan kasus hukum yang telah lama berjalan, yang hasilnya sebagian besar telah dikesampingkan oleh pemerintahan Rodrigo Duterte saat ini yang mendukung hubungan ekonomi dan diplomatik yang lebih baik dengan Beijing.
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia