China Dituduh Terus Lakukan Pencurian Kekayaan Intelektual
China terus mencuri kekayaan intelektual dari negara lain, menurut laporan pekan ini - tetapi seorang pakar keamanan siber mengatakan itu bukan masalah sebenarnya.
Sebuah laporan yang dirilis minggu ini oleh Australian Strategic Policy Institute (ASPI) mengatakan bahwa China jelas, atau mungkin, melanggar perjanjian bilateral spionase siber.
Dan lembaga itu memperingatkan bahwa jika Australia tidak meningkatkan tekanan, China tidak mungkin berhenti.
Taruhannya tinggi
"Pada dasarnya, ini adalah sumber kehidupan ekonomi," kata Fergus Hanson, kepala Institute International Cyber Policy Centre.
Jika ide dari perusahaan atau universitas dicuri, produk dapat diproduksi oleh perusahaan di China tanpa perlu membayar biaya penelitian dan pengembangan.
Perusahaan-perusahaan yang pada awalnya merancang produk-produk itu dapat dikalahkan dan tutup.
Hanson mengatakan ia berbicara kepada banyak pejabat pemerintah dan industri saat melakukan penelitian.
"Perusahaan yang melakukan penelitan dan pengembangan (R&D) pada dasarnya menyimpan informasi tentang komputer di kantor pusat mereka atau di seluruh dunia, dan karena terhubung melalui internet ke China, China dapat mengaksesnya dari jarak jauh."
- Seratus Hari Pemerintahan Prabowo: Gaya Komunikasinya Menuai Kritik
- Dunia Hari Ini: Titik Api Baru Berkobar di Los Angeles, 19.000 Orang Dievakuasi
- Australia Menyelidiki Gelombang Kapal Pencuri Ikan dari Indonesia
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Mulai Mendeportasi Imigran Tak Berdokumen
- Ini Tanggapan Warga Indonesia di Amerika Setelah Pelantikan Presiden Trump
- Dunia Hari Ini: Donald Trump Sesumbar Telah Memulai Zaman Keemasan Amerika Serikat