China Rombak Protokol Covid-19, Pemulihan Ekonomi Prioritas Utama
jpnn.com, BEIJING - China segera menerbitkan panduan protokol kesehatan antipandemi COVID-19 edisi ke-10 yang berorientasi pada perkembangan ekonomi.
Panduan edisi terbaru itu akan kondusif bagi China, negara dengan populasi terbesar di dunia, untuk membuka diri secara bertahap sehingga pembangunan ekonomi dapat berjalan lancar, kata pakar infeksi pernapasan menular Prof Zhong Nanshan, Jumat (16/12).
Mengutip data yang dimilikinya, dia menjelaskan bahwa orang yang pernah terjangkit COVID-19 varian Omicron memiliki risiko sangat kecil tertular lagi dalam jangka waktu satu tahun.
Setelah terinfeksi Omicron, pasien akan memproduksi antibodi yang kekuatannya hampir sama dengan satu dosis vaksin, kata Zhong seperti dikutip media setempat.
Sebelumnya dia mengatakan bahwa dampak Omicron tidak parah karena 99 dari 100 orang yang terinfeksi dapat sembuh dalam waktu 10 hari.
Saat ini Omicron telah menyebar luas di China, termasuk ibu kota Beijing, tetapi patogenitasnya akan cepat berkurang, kata penemu wabah SARS yang mewabah di China pada 2013 itu.
Zhong memaparkan bahwa pada awal pandemi, COVID-19 menyerang saluran pernapasan atas dan paru-paru, tetapi setelah dua tahun bermutasi, virus penyebabnya hanya terkonsentrasi pada saluran pernapasan atas saja.
Tingkat fatalitas Omicron hanya sekitar 0,1 persen atau sama dengan flu biasa, katanya.
China sebelumnya menerapkan kebijakan nol kasus COVID-19 secara ketat. Sepanjang 2022 negara itu telah beberapa kali menutup akses ke kota-kota besar
- 'Trump Effect' Bisa jadi Peluang Besar bagi Indonesia, Asalkan
- ICIIS 2024 Sukses, Shan Hai Map Optimistis Iklim Investasi Indonesia Makin Baik
- Amerika Parkir Rudal Typhon di Filipina, Bikin China Ketar-ketir
- GRIB Jaya Sebut Kunjungan Prabowo ke China dan AS Berdampak Positif
- Bertemu Pengusaha RRT, Presiden Prabowo: Kami Ingin Terus Bekerja Sama dengan China
- Temui Para Taipan Tiongkok, Prabowo Amankan Investasi Rp 156 Triliun