Christina Avanti, Peneliti Hormon Cinta yang Mendunia

Larutan Oksitoksin Bisa Selamatkan Nyawa Ibu

Christina Avanti, Peneliti Hormon Cinta yang Mendunia
Christina Avanti. Foto: Dimas Alif/Jawa Pos

Sial, saat mendekat, matanya terkena cairan kimia. Semuanya tampak gelap di mata Tina. Dia pun langsung berteriak.

Setelah itu, dia terus menyiram matanya dengan air khusus. Tina pasrah dan merasa tidak akan bisa melihat keindahan dunia lagi. ”Seakan dunia saya hilang. Saya kira mata saya buta. Ternyata, dalam mata ada penyangga yang bisa menetralisasi itu,” ujarnya.

Selama melakukan penelitian, Tina juga banyak menghadapi kendala. Jika sudah mentok, biasanya dia berkonsultasi kepada para ahli dan profesor. Bahkan, dia harus ke luar negeri. ”Paling jauh saya konsultasi dengan beberapa profesor di Amerika,” imbuhnya.

Meski begitu, Tina sangat menikmati ketika meneliti dan bertemu dengan beberapa ilmuwan dan profesor itu. Dia juga sangat bahagia ketika penelitiannya berhasil dan sesuai dengan keinginannya.

Impiannya menekan angka kematian kaum ibu mendekati kenyataan. Tina bertekad memproduksi obat yang dapat menyelamatkan nyawa ibu-ibu yang melahirkan.

Sayangnya, oksitoksin kurang stabil dalam air dan suhu tropis. Selama ini oksitoksin disimpan dalam kulkas agar tetap stabil. Bahkan, jika ingin dikirim ke pelosok, diperlukan alat transportasi yang dilengkapi pendingin agar tetap stabil.

Parahnya, di pelosok Afrika yang suhunya panas juga tidak ada kulkas. Alhasil, hormon oksitoksin tidak bisa bertahan lama. Ia hanya dapat bertahan sekitar seminggu. ”Itu pun potensinya sudah enggak 100 persen lagi. Mungkin masih 70–80 persen,” ucapnya.

Konsentrasi hormon tersebut memang kecil, yaitu 1/100 miligram dalam satu kali injeksi. Dengan potensi yang tidak maksimal itu, perempuan melahirkan yang diinjeksi dengan oksitoksin akan tetap mengalami pendarahan. Sebab, potensinya sudah berkurang atau bahkan hilang.

DEMI menyelamatkan nyawa para ibu, Christina Avanti meneliti hormon oksitoksin atau yang biasa disebut hormon cinta. Risetnya mendapatkan paten dunia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News