Cibiran soal Tiang Listrik dan Bakpao, Vitamin untuk KPK
jpnn.com, JAKARTA - Sikap tegas KPK yang berani menahan Ketua DPR Setya Novanto dinilai karena lembaga antirasuah itu mendapat dukungan kuat dari publik.
Menurut Pemerhati Sosial Politik Afriadi Ajo, publik selama ini begitu sinis dan kejam memperlakukan Setya Novanto lewat meme dan ungkapan-ungkapan satir, serta ledekan yang begitu beragam.
Cibiran mengalir deras tak ada hentinya. Semua yang terkait dengan Novanto dijadikan bahan olokan. Ini karena publik menuntut keadilan.
"Mulai dari bakpao, tiang listrik, perban, cara tidur, ngoroknya, apa pun, semua dianggap sebagai akal-akalan untuk mengelabui hukum ataupun KPK. Ini menjadi vitamin super ampuh mendorong semangat KPK menaklukkan semua akal-akalan dari Novanto," ujar Afriadi di Jakarta, Senin (20/11).
Akhirnya, KPK tidak menyerah. Segala upaya dilakukan untuk menaklukkan segudang strategi Novanto.
KPK juga bersikap tegas, dengan memaksa Ketua Umum DPP Partai Golkar tersebut pindah dari RS Medika Permata Hijau, untuk dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Kencana.
"KPK sepertinya khawatir kemungkinan besar ada main mata. RSCM sebagai rumah sakit pemerintah tentu bekerja sesuai kaedah-kaedah ilmu kedokteran saja. Sakit mereka bilang sakit, sudah tak perlu rawat inap. Mereka (dokter RSCM, red) bilang juga apa adanya," kata Afriadi.
Afriadi mengaku bukan ahli hukum, tidak mengetahui secara pasti apakah langkah KPK membawa Novanto ke rumah tahanan melanggar hukum atau tidak.
Cibiran mengalir deras tak ada hentinya. Semua yang terkait dengan Setya Novanto dijadikan bahan olokan. Publik menuntut keadilan.
- Bawaslu Copot APK yang Dipasang di Kuburan, Pohon dan Tiang Listrik
- PLN UID Jakarta Raya Mengimbau agar APK tidak Dipasang di Tiang Listrik
- Jokowi Tanggapi Pernyataan Eks Ketua KPK Agus Rahardjo soal Kasus Setnov
- Jokowi Mempertanyakan Maksud Pernyataan Agus Rahardjo
- Menduga Pernyataan Agus Rahardjo soal Perintah Jokowi di Kasus Setnov, Antara Kontroversi dan Agenda Politik
- Praktisi Hukum Sebut Pernyataan Agus Rahardjo Tendensius dan Bernuansa Politis