Cinta Berat Sejarah, Dwi Cahyono Bangun Museum Pribadi di Malang
Ada Gua Pertapaan Ken Arok dan Penjara Jepang di Restoran
Minggu, 21 Oktober 2012 – 00:21 WIB
Kini museum itu telah rampung dan menjadi bagian dari RM Inggil. Menurut rencana, museum resto tersebut akan diresmikan Senin lusa (22/10). Peresmian museum tersebut sekaligus kado untuk ulang tahun perkawinan emas (50 tahun) bapak-ibu Dwi.
Dwi mengaku sempat ditertawakan kawan-kawan bisnisnya karena membangun museum di tempat usaha. Apalagi, Museum Malang Tempo Doeloe berdiri di atas lahan sekitar 900 meter persegi. "Mereka bilang, eman (sayang). Wong lahan begitu luas kok malah dibikin museum," tutur Dwi.
Berapa biaya yang sudah dikeluarkan? Awalnya Dwi enggan menjawab. Tapi, dia kemudian menyebut angka sekitar Rp 1,5 miliar. "Belum termasuk barang-barang koleksinya dan biaya untuk berburu koleksi-koleksi itu," ungkapnya.
Memasuki museum tersebut serasa menyusuri lorong waktu. Meski luasnya "hanya" 900 meter persegi, Dwi mampu menata museum sedemikian rupa sehingga pengunjung bisa mendapatkan informasi tentang sejarah terbentuknya Kota Malang. Dimulai dari kehidupan 1.500.000 tahun lalu, cikal bakal lahirnya Kerajaan Kanjuruhan, Singasari, penjajahan Belanda, Jepang, masa perjuangan merebut kemerdekaan, hingga berbagai peristiwa pasca kemerdekaan. Semua tergambar di dalam museum tersebut lengkap dengan perangkat audio visual yang diputar di layar televisi 20 inci yang ada di hampir setiap ruang.
Yang dilakukan Dwi Cahyono, pengusaha Kota Malang, ini tergolong langka. Dia membangun museum pribadi tentang sejarah kota di ujung selatan Jawa
BERITA TERKAIT
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara