Cinta Berat Sejarah, Dwi Cahyono Bangun Museum Pribadi di Malang

Ada Gua Pertapaan Ken Arok dan Penjara Jepang di Restoran

Cinta Berat Sejarah, Dwi Cahyono Bangun Museum Pribadi di Malang
SEJARAH PAHIT: Dwi Cahyono, di salah satu ruangan Museum Malang Tempo Doeloe yang menggambarkan penjara jaman Jepang tahun 1943. Foto; Doli Siregar/RADAR MALANG
Kini museum itu telah rampung dan menjadi bagian dari RM Inggil. Menurut rencana, museum resto tersebut akan diresmikan Senin lusa (22/10). Peresmian museum tersebut sekaligus kado untuk ulang tahun perkawinan emas (50 tahun) bapak-ibu Dwi.

Dwi mengaku sempat ditertawakan kawan-kawan bisnisnya karena membangun museum di tempat usaha. Apalagi, Museum Malang Tempo Doeloe berdiri di atas lahan sekitar 900 meter persegi. "Mereka bilang, eman (sayang). Wong lahan begitu luas kok malah dibikin museum," tutur Dwi.

Berapa biaya yang sudah dikeluarkan? Awalnya Dwi enggan menjawab. Tapi, dia kemudian menyebut angka sekitar Rp 1,5 miliar. "Belum termasuk barang-barang koleksinya dan biaya untuk berburu koleksi-koleksi itu," ungkapnya.

 

Memasuki museum tersebut serasa menyusuri lorong waktu. Meski luasnya "hanya" 900 meter persegi, Dwi mampu menata museum sedemikian rupa sehingga pengunjung bisa mendapatkan informasi tentang sejarah terbentuknya Kota Malang. Dimulai dari kehidupan 1.500.000 tahun lalu, cikal bakal lahirnya Kerajaan Kanjuruhan, Singasari, penjajahan Belanda, Jepang, masa perjuangan merebut kemerdekaan, hingga berbagai peristiwa pasca kemerdekaan. Semua tergambar di dalam museum tersebut lengkap dengan perangkat audio visual yang diputar di layar televisi 20 inci yang ada di hampir setiap ruang. 

 

Yang dilakukan Dwi Cahyono, pengusaha Kota Malang, ini tergolong langka. Dia membangun museum pribadi tentang sejarah kota di ujung selatan Jawa

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News