Cinta Segitiga di Taman Marga Satwa, Duo Pejantan Birahi, Sari Mati Diperkosa
Sebetulnya, tanggal 15 Mei, petugas medis sempat merencanakan tindakan operasi kuret untuk mengeluarkan bayi dalam kandungan Sari setelah diketahui mati dalam perut ibunya. Namun, akibat kondisi Sari terus memburuk, tim medis pun mengurungkan niatnya. Akhirnya, tanggal 16 Mei 2015, sekitar pukul 24.00, Sari menghembuskan napas terakhir.
"Orangutan betina yang sempat dikarantinakan akibat perkelahian itu, akhirnya mati," ucap Kepala BKSDA Sumbar, Margo Utomo, seperti dilansir dari Padang Ekspres (Grup JPNN), Rabu (20/5).
Dia menjelaskan, sewaktu dimasukkan dalam kandang tahun 2010, kedua pejantan asal Kalimantan itu berbeda usia. Akibatnya, masa birahinya pun juga berbeda. Namun di luar prediksi, kedua orangutan jantan itu mengalami masa birahi dalam waktu bersamaan. Inilah yang memicu seekor pejantan mengamuk dan menyakiti betinanya. Kini, orangutan betina tersebut dikirim ke Padangpanjang untuk diawetkan.
April tahun 2015 lalu, BKSDA sudah mengevaluasi Kebun Binatang Marga Satwa Kandih Sawahlunto. Dari evaluasi tersebut, diketahui bahwa Kebun Binatang Kandis kekurangan tenaga pengelola satwa. Tahun 2014 hanya ada satu dokter hewan. Pada Mei 2015 berdasarkan informasi yang diperoleh BKSDA, sang dokter hewan mengajukan pindah. Artinya, hanya ada perawat satwa.
"Kami sudah minta hal ini segera dibenahi. SDM di tempat itu harus segera ditambah. Jika tidak, berdampak terhadap pengelolaan satwa di tempat tersebut," ucapnya.
Koordinator Konservasi Keanekaragaman Hayati BKSDA Sumbar, Rusdian Ritongan mengatakan, sebetulnya prosedur tetap (protap) sudah dilakukan Kebun Binatang Kandih Sawahlunto dengan memisahkan orangutan betina dengan orangutan jantan. "Tapi akibat birahi tadi, pejantan tak bisa mengendalikan diri," ucapnya.
Penempatan satu betina dengan dua pejantan dalam satu kandang, menurut Rusdian, tak jadi persoalan. "Maaf, memang ada penganiayaan berupa perkosaan yang menyebabkan si betina mengalami luka serius, hingga akhirnya tak tertolong," ucapnya.
Klinik hewan di Kebun Bintang Kandih Sawahlunto sudah berusaha melakukan penanganan. Akibat sang betina kritis, terpaksa dirujuk ke Padang karena peralatan untuk operasi dan pembedahan tak ada. "Memang pengelolaan kebun binatang tersebut belum optimal," katanya.
Dalam waktu dekat, BKSDA bakal mengevaluasi secara menyeluruh kondisi Kebun Binatang Kandih Sawahlunto. Mulai kondisi kandang, pakan, serta tenaga medis yang merawat satwa tersebut.
"Evaluasi menyeluruh itu akan dilakukan selama enam bulan. Untuk tahap awal kita lakukan pembinaan. Namun, jika tak ada perubahan juga, kami laporkan ke Jakarta. Ekstremnya, izin kebun binatang dicabut," ucapnya.
Sebelum mengambil keputusan itu, harus diperhitungkan dulu dampaknya, terutama pada satwa. "Harus ada tempat penitipan satwa tersebut , tak mungkin kita menelantarkannya. Soal izin kebun binatang, langsung berada di bawah Kementerian Kehutanan," ucapnya.
Untuk langkah selanjutnya, BKSDA berkoordinasi dengan Persatuan Kebun Binatang Seluruh Indonesia (PKBSI). "Ini penting kami lakukan untuk penanganan selanjutnya. Tahun 2012, Kebun Binatang Kandih Sawahlunto mendapatkan akreditasi B. Dengan adanya kasus ini, tentunya akan jadi bahan evaluasi buat kami dan PKBSI," ucapnya.
SIAPA bilang cemburu hanya bisa melanda manusia? Orangutan pun, bisa bertindak sadis membunuh pasangannya yang berselingkuh. Usai diperkosa, sang
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408