Cinta Sejati

Oleh: Dahlan Iskan

Cinta Sejati
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Ya sudahlah. Di mana-mana orang pandai berkilah. Kadang kilahnya keterlaluan ngawurnya.

Di saat para orang tua murid mendesak polisi, sebenarnya sudah ada polisi di dalam. Tujuh orang. Heran. Mengapa tidak segera mendobrak masuk ke dalam kelas.

Kedatangan 7 polisi itu pun sangat telat: setelah 12 menit dari penembakan awal.

Yang disebut penembakan awal, kini juga kian jelas: Ramos menembak dua orang di dekat SD itu. Waktu itu Ramos baru saja mencerobokkan mobil pikap yang ia kemudikan di sebuah parit tak berair di sebelah SD.

Di pedesaan Amerika, parit itu lebih berupa cekungan tanah. Bukan parit yang ada plengsengannya. Setelah keluar dari pikap –di Amerika disebut truk– Ramos mengambil senjata dan ransel. Ia sudah memakai rompi.

Saat itu ia melihat ada dua orang muncul di jalan itu. Dari sebuah rumah perawatan mayat di dekat SD Robb. Ramos kaget. Dua orang itu juga kaget. Ramos pun menembak dua orang itu. Kena. Tapi meleset. Hanya terluka ringan. Tidak membahayakan.

Dari situ Ramos masuk ke sekolah. Menuju koridor. Lalu masuk kelas terdekat: kelas 4. Sebelum masuk kelas, kini baru lebih jelas. Meski belum jelas sekali. Guru kelas itu, Irma Garcia, melihatnya. Membuka pintu. Bicara dengannya.

Ramos hanya menatap mata guru itu. Dengan tatapan yang tajam. Lalu ia mengucapkan kata ini: "Good Night!". Dor!

Rupanya polisi setempat ingin menutupi kelemahannya itu. Makanya sampai ada berita ''lewat pintu belakang dan sempat berbantah dengan polisi penjaga pintu''.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News