COC Laut China Selatan Harus Bisa Mengekang Perilaku Agresif Tiongkok

Teuku menekankan peran Indonesia yang sangat penting dalam upaya perwujudan COC, meski dalam pandangannya jalan untuk COC betul betul terwujud sepertinya masih panjang.
Indonesia perlu terus mempertahankan perannya sebagai juru bicara untuk isu-isu yang berhubungan dengan LCS, meski nanti tidak lagi menjadi ketua ASEAN.
Selain itu, peran diplomatik Indonesia itu perlu dibarengi dengan peningkatan nilai tawar kekuatan, antara lain dengan meningkatkan kredibilitas militer Indonesia.
"Ini dapat dilakukan dengan memperbanyak latihan-latihan tempur dengan negara-negara yang lebih kuat. Latihan militer Garuda Shield atau Super Garuda Shield perlu dilanjutkan," katanya.
Johanes Herlijanto, Ketua FSI sekaligus dosen Ilmu Komunikasi Universitas Pelita Harapan, mengapresiasi kesepakatan negara-negara ASEAN dan China mempercepat penyelesaian COC di LCS.
Dia menekankan pentingnya COC yang dihasilkan untuk tetap berlandaskan UNCLOS dan mencerminkan sikap, serta kepentingan negara-negara ASEAN, khususnya negara-negara yang bersinggungan dengan klaim China di LCS.
Johanes mengatakan bahwa penting bagi negara-negara ASEAN untuk memastikan agar China tidak menjadikan COC sebagai alat legitimasi bagi klaim 10 garis putus-putusnya.
"Sebaliknya, setiap negosiasi harus tetap menekankan penolakan klaim wilayah China yang ditandai oleh 10 garis putus-putus tersebut,” pungkasnya.
Code of Conduct (COC ) Laut China Selatan (LCS) harus bisa mengekang perilaku agresif Tiongkok. Bila tidak, sebaiknya ditolak.
- MSIG Bangga jadi Title Partner Pertama 'ASEAN MSIG Serenity Cup'
- Vietnam Mitra Strategis Indonesia di ASEAN, Waka MPR: Kerja Sama Harus Ditingkatkan
- 5 Negara ASEAN Jalin Kerja Sama AEO, Apa Manfaatnya bagi Eksportir dan Importir RI?
- Golkar Dorong Pemuda Jadi Duta Diplomasi Politik di ASEAN
- Kunjungi Indonesia, GDCE Kamboja Pelajari Cara Bea Cukai Menerapkan Kesetaraan Gender
- Jaga Laut Natuna Utara, Indonesia Diimbau Tegas Berpegang UNCLOS