Coming Home
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
Namun, kenyataannya tentu tidak seperti itu. Kekuasaan Inggris sebagai superpower tidak bisa bertahan terus-menerus.
Memasuki abad ke-20 seluruh dunia berubah. Perang Dunia Pertama 1930-an pecah di seluruh Eropa. Inggris ditantang oleh kekuatan baru Jerman dan Prancis. Kekuasaan Inggris sudah makin goyah karena mulai muncul kekuatan baru seperti Amerika Serikat.
Pada Perang Dunia Kedua pada 1940-an kekuasaan Inggris sudah makin lemah, dan akhirnya diambil alih oleh Amerika Serikat.
Inggris yang feodalistis dan aristokratis sudah menjadi kekuatan kelas dua di bawah pengaruh Amerika Serikat.
Upaya Inggris untuk memperoleh kembali kejayaannya menghadapi jalan mendaki nan penuh tantangan.
Di dunia sepak bola Inggris mengeklaim diri sebagai ibu kandung olahraga paling terkenal sejagat itu. Dalam berbagai kejuaraan internasional para suporter Inggris dengan bangga menyanyikan chanting "Football Coming Home", sepak bola pulang kembali ke rumahnya.
Namun, prestasi internasional Inggris tidak pernah benar-benar mampu membawa sepak bola kembali ke rumahnya.
Inggris menjadi juara dunia sepak bola pada 1966. Setelah itu sepak bola tidak pernah lagi pulang ke rumah.
Prestasi internasional Inggris tidak pernah benar-benar mampu membawa sepak bola kembali ke rumahnya.
- Demi Anak-Anak, Inggris Bakal Larang Vape Sekali Pakai Tahun Depan
- Inikah Isyarat Liam Gallagher soal Album baru Oasis?
- Dampak Kerusuhan, Inggris Bakal Perketat Sensor Konten Media Sosial
- Warga Inggris Ditangkap Polisi Gegara Meneror Sopir Bus Muslim
- Muak dengan Kerusuhan, Mayoritas Warga Inggris Dukung Pengerahan Tentara
- Blackpool Pinjam Elkan Baggot dari Ipswich Town