Corbuzier
Sebagai seorang ilusionis dan mentalis yang hebat Corbuzier bisa saja melakukan trik untuk mengelabui audiensnya dengan tujuan mencari sensasi.
Namun, kelihatannya bukan itu yang sedang dilakukan Corbuzier.
Mungkin ia sedang jenuh dengan kehidupan yang tidak riil. Mungkin Corbuzier sengaja menghilang untuk membersihkan diri dari sampah-sampah digital yang selama ini digelutinya setiap detik. Mungkin setelah menghilang Corbuzier ingin menjadi manusia yang normal.
Korban-korban digital sudah banyak berjatuhan. Teknologi ini membawa revolusi yang mengubah hidup manusia. Ada pemenang ada pecundang.
Ada yang kaya raya menjadi ‘’digital novue riche’’ OKB digital alias orang kaya baru digital, tetapi banyak juga yang menjadi sampah digital, digital rubbish.
Teknologi digital adalah Dewa Janus berkepala dua. Di satu sisi ia adalah pembebas, membuat seseorang menjadi bebas melakukan apa saja dengan hanya sentuh dan geser (touch and swipe). Orang tidak perlu bergerak untuk melakukan apa saja.
Semua tersedia dengan seketika. Namun, di sisi lain Dewa Janus memperbudak para pengguna teknologi digital, menjadikan hidup tidak real karena setiap hari dipenuhi dengan realitas virtual yang semu.
Budaya digital menjadikan seseorang mager alias malas gerak. Budaya digital mendefinisikan ulang arti sahabat dan persahabatan. Dalam dunia riil, teman adalah kenalan yang kita temui setia saat.
Mungkin Deddy Corbuzier sengaja menghilang untuk membersihkan diri dari sampah-sampah digital, menempuh jalan pertobatan.
- Berkat Ulasan Positif Influencer, Bingxue Jadi Trending Topik di X
- Arasoft Dorong Digitalisasi Pendidikan di Indonesia
- Cucun Hadiri Kolaborasi Medsos DPR RI dengan Masyarakat Digital di Lembang
- Digitalisasi untuk Mendorong Pengembangan Pariwisata Indonesia Perlu Dilakukan
- Minim Popularitas, Paslon 03 Hadapi Tantangan Menjelang Hari Pencoblosan
- Melly Goeslaw: Revisi UU Hak Cipta Solusi Hadapi Kemajuan Platform Digital