Corona di Indonesia, Dari 2 Hingga 1.528

jpnn.com, JAKARTA - Presiden Jokowi mengumumkan dua kasus pasien positif tertulari virus corona, Senin 2 Maret 2020, alias satu bulan yang lalu.
Seperti bendera start diangkat, masyarakat Indonesia berlomba-lomba belanja kebutuhan bahkan di pasar masker hilang, hand sanitizer sulit ditemukan, bahkan alat pelindung diri (APD) yang dibutuhkan tenaga medis ikut habis.
Ditambah lagi dengan berseliweran hoak melalui media massa dan jaringan pertemanan tentang pandemi itu. Polda menyebutkan sudah ada 43 kasus hoaks yang ditangani serta beberapa pelakunya sudah mendekam dalam penjara.
"Panic buying' juga menjadi fakta yang menyertai selama pandemi terjadi. Bahkan sehari pascadiumumkan, warga Jakarta berbondong-bondong mendatangi pusat perbelanjaan, memborong perbekalan mulai dari bahan pokok, tisu hingga makanan kalengan.
Pengamat Sosial dari Universitas Indonesia Devie Rahmawati mengatakan 'panic buying' sebagai reaksi alamiah manusia yang merespon situasi yang tidak terkendali.
'Panic buying' tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi negara-negara seperti Amerika dan Eropa juga mengalami kejadian serupa.
"'Panic buying' bagian dari upaya manusia untuk memastikan dirinya dan keluarganya siap menghadapi situasi," kata Devie.
Dia melihat, di tengah 'panic buying' tersebut ada kondisi di mana masyarakat tidak mendapatkan informasi yang utuh tentang penanganan COVID-19 di Indonesia.
Selain soal corona di Indonesia, Anda bisa melihat angka kasus di negara lain di dalam berita ini.
- Merespons Kebijakan Dagang Trump, Syahganda Nainggolan: Sikap Independen Indonesia Sudah Tepat
- TTC AgriS dan Sungai Budi Tingkatkan Kerja Sama Strategis Vietnam-Indonesia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia
- Gus Sholeh: Indonesia Butuh Generasi untuk Masa Depan yang Gemilang dan Cerah
- Realitas Utang