Corona Ganas, Disiapkan 100 Ribu Kantong Jenazah Biasa Dipakai di Zona Perang
jpnn.com, WASHINGTON - Wabah virus corona di Amerika Serikat makin ganas, dengan angka kematian tinggi diperkirakan terjadi dalam beberapa minggu mendatang.
Pentagon berupaya untuk menyediakan hingga 100.000 kantong jenazah untuk digunakan oleh otoritas sipil mengurus jenazah korban COVID-19.
Badan Manajemen Darurat Federal (FEMA) telah meminta 100.000 kantong jenazah pada Departemen Pertahanan AS, kata seorang pejabat Pentagon kepada Reuters, Rabu (1/4).
Badan Logistik Pertahanan (DLA) bekerja dengan kontraktor saat ini untuk menyediakan tambahan, kata pejabat itu.
Pengiriman awal akan datang dari persediaan DLA saat kontraktor meningkatkan produksi, menurut pejabat, yang berbicara dengan syarat anonimitas. DLA belum memiliki permintaan tanggal pengiriman khusus dari FEMA, tetapi agensi itu menginginkan kantong jenazah itu segera disiapkan.
Bloomberg telah melaporkan sebelumnya bahwa Pentagon sedang berupaya untuk membeli lebih banyak kantong jenazah dan bahwa lembaga itu awalnya akan menggunakan persediaan 50.000 kantong jenazah yang mereka simpan.
Seorang juru bicara FEMA yang dikutip oleh Bloomberg mengatakan bahwa agensi tersebut membuat rencana hati-hati untuk kebutuhan masa depan, yang termasuk persiapan untuk "kontinjensi kamar jenazah" dari negara bagian di penjuru A.S.
Unit Dukungan Pasukan DLA bertanggung jawab untuk mengelola persediaan Pentagon atas kantong jenazah nilon hijau, ukuran 94 inci x 38 inci, yang biasanya digunakan di zona perang.
Wabah virus corona di Amerika Serikat (AS) makin ganas, Pentagon berupaya untuk menyediakan hingga 100.000 kantong jenazah.
- Mahasiswa Asing Diminta Kembali ke Amerika Sebelum Pelantikan Donald Trump, Ada Apa?
- Trump Berambisi Rampas Terusan Panama, Begini Reaksi China
- Donald Trump Berkuasa Lagi, Jenis Kelamin Bakal Jadi Urusan Negara
- Dunia Hari Ini: Donald Trump Menjadi 'Person of the Year' Majalah Time
- Kloning Javier
- Prabowo Pamer Kinerja Kabinetnya di Hadapan Pengusaha US-ASEAN, Begini Katanya