COVID-19 Ubah Perilaku Hubungan Internasional

COVID-19 Ubah Perilaku Hubungan Internasional
Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, dan Presiden Indonesia Joko Widodo. Hubungan Indonesia-Australia merupakan gambaran karakter klasik relasi antarnegara tetangga. (Supplied: Dokumentasi Biro Pers Istana)

Keesokan harinya, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau menuding langkah AS menghentikan ekspor peralatan medis ke Kanada sebagai sebuah kesalahan.

Ia juga memperingatkan bahwa negeri Paman Sam itu juga masih mengimpor peralatan medis dari Kanada.

"Ini sebuah kesalahan (yang dilakukan AS) dengan menghambat atau mengurangi perdagangan dua arah barang dan jasa yang esensial, termasuk peralatan medis," kecam Trudeau seperti yang dikutip npr.org (03/04).

Analogi 'berburu rusa atau kelinci' saat pandemi

Contoh kasus tadi bisa menjadi gambaran bagaimana negara berperilaku dalam kondisi pandemi.

COVID-19 Ubah Perilaku Hubungan Internasional Photo: A/Prof Randy Wirasta Nandyatama memakai analogi 'berburu rusa' dalam menganalisis hubungan antarnegara dalam mengatasi pandemi. (Supplied: Randy Wirasta Nandyatama)

 

Assisten professor dari Departemen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada, Randy Wirasta Nandyatama menilai, respon terhadap pandemic COVID-19 memang masih cenderung negara-sentris, 'mencari selamat sendiri', dan didominasi pendekatan keamanan ketimbang kemanusiaan.

Padahal, menurutnya, jika negara-negara di dunia menyadari pentingnya kolaborasi internasional, penanganan COVID-19 dapat terjadi lebih cepat dan akan terjadi reformasi tatanan global.

Randy meminjam analogi 'berburu rusa' atau 'stag hunt' milik Jean-Jacques Rousseau, untuk menjelaskan model problem koordinasi pandemi saat ini.

Pandemi global virus corona memaksa hampir setiap negara menutup pintu masuknya dan memfokuskan diri pada urusan dalam negeri, baik dalam menangani penyakit maupun menjaga kondisi ekonomi

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News