Critical Parah
Oleh: Dahlan Iskan
"Alhamdulillaaaah...," kata saya dalam hati. Lega.
Saya pun mengucapkan terima kasih tak terhitung berapa kali. Saya tidak hiraukan lagi kata-katanya setelah itu. Saya lari ke gerbang pemberangkatan.
Lari. Lari.
Saya tahu pemeriksaan di sekuriti akan lama. Tidak mungkin diterobos dengan alasan apa pun. Tidak perlu dicoba pakai merayu atau minta prioritas. Justru akan berurusan lama. Ini Amerika.
Saya hanya berhasil melewati beberapa orang yang antre di depan saya. Saya minta izin baik-baik. Mereka dengan senang hati mempersilakan. Saya pun sering memberi kesempatan orang yang kepepet waktu seperti itu.
Saya lihat orang di depan saya: copot sepatu. Sepatu pun harus dimasukkan mesin pemeriksaan. Satu menit rasa satu jam.
Setelah melewati sekuriti barulah saya lega. Saya langsung lihat boarding pass. Harus ke gate berapa.
Tulisan di boarding pass terasa kabur. Emosi saya mungkin membuat darah terlalu banyak naik ke kepala. Lama-lama tulisan jelas: Gate 30. Jauh. Belok. Lari!