Cukai Rokok Naik 23 Persen, Rokok Ilegal Bakal Merajalela
jpnn.com, JAKARTA - Rencana pemerintah menaikkan cukai rokok sebesar 23 persen pada 2020 dinilai bisa membuat rokok ilegal semakin merajalela.
Peneliti Ilmu Ekonomi Universitas Padjadjaran Bayu Kharisma mengatakan, kenaikan cukai rokok disertai kenaikan harga jual produk rokok yang tinggi, akan memberi dampak luas.
Dia menjelaskan, konsumen rokok Indonesia sangat sensitif terhadap harga. “Akibatnya, konsumen akan beralih ke produk murah, seperti rokok illegal yang tidak membayar cukai,” ucapnya, Rabu (18/9).
Dia menambahkan, hal itu berkebalikan dengan tujuan pemerintah yang menjadikan kenaikan cukai untuk menyasar target penerimaan negara.
“Malah terjadi nantinya adalah besarnya tax evasion atau penghindaran pajak yang disebabkan maraknya peredaran rokok illegal,” tambahnya.
Dia mencontohkan Malaysia yang menaikkan cukai rokok terlalu tinggi dengan harga eceran rokok dengan rata-rata USD 4,11.
Kebijakan itu justru membuat peredaran rokok ilegal semakin besar. Berdasarkan data Oxford Economics, peredaran rokok ilegal di Malaysia pada 2017 sebesar 55,5 persen.
“Rokok ilegal di Malaysia berasal dari Filipina, Indonesia, dan Vietnam. Potensi kehilangan penerimaan pemerintah Malaysia cukup tinggi sekitar USD 3,3 miliar,” terangnya
Rencana pemerintah menaikkan cukai rokok sebesar 23 persen pada 2020 dinilai bisa membuat rokok ilegal semakin merajalela.
- Bea Cukai Hentikan Jalu Ferry Cepat yang Angkut Jutaan Batang Rokok Ilegal
- Bea Cukai Ajak Masyarakat Berperan Aktif Mencegah Peredaran Rokok Ilegal
- Penyelundupan Rokok & Smartphone Ilegal Digagalkan Bea Cukai, 2 Orang jadi Tersangka
- Bea Cukai Gagalkan Penyelundupan 17 Ribu Rokok Ilegal dan Ratusan Smartphone di Bengkalis
- Blusukan di 3 Wilayah Ini, Bea Cukai Ajak Masyarakat Gempur Rokok Ilegal
- Gandeng Satpol PP, Bea Cukai Gelar Operasi Pasar Gempur Rokok Ilegal di Konawe