Curhat Pasien Kanker di Fuda Cancer Hospital, Guangzhou, Tiongkok
Diberi Pilihan Terapi meski Kanker Sudah Stadium Lanjut
Minggu, 04 Maret 2012 – 00:40 WIB

CERIA : Maria Bernadeth (tengah) bersama temannya, Thoe Ing Sen (kiri) dan Chow Mu Jing. Foto : Anda Marzudinta/JAWA POS
"Saya ingat betul, waktu itu 19 Juli 2010. Kata dokter, lokasi benjolan dekat dengan pembuluh darah besar di perbatasan jantung dan paru-paru. Kalau mau operasi, sulit," jelas perempuan yang mengelola perusahaan garmen bersama keluarganya itu.
Setelah diketahui ada kanker di paru-paru Maria, dilakukan perundingan keluarga. Dua kakak, seorang adik, dan lima anaknya mengupayakan hal terbaik demi kesembuhan Maria.
"Apalagi, papa saya baru sekitar dua tahun lalu meninggal karena brain cancer (kanker otak). Kami ingin yang terbaik untuk mama," kata Toni, anak kedua Maria yang setia mendampingi sang mama di Guangzhou.
Maria kemudian berobat ke Singapura. Dia menjalani biopsi dan dinyatakan mengalami small cell carcinoma. Maria harus mengikuti tahap terapi kanker. Yakni, radioterapi sebanyak 15 kali. "Sinar (demikian Maria menyebut radioterapi, Red) dilakukan setiap Senin sampai Jumat. Sabtu dan Minggu libur," cerita nenek delapan cucu itu.
Divonis kanker stadium lanjut bak terkena pukulan supertelak. Bikin shock, bingung, dan sedih. Nah, pasien seperti itu butuh pendekatan personal
BERITA TERKAIT
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu
- Kontroversi Rencana Penamaan Jalan Pramoedya Ananta Toer, Apresiasi Terhalang Stigma Kiri
- Kisah Jenderal Gondrong ke Iran demi Berantas Narkoba, Dijaga Ketat di Depan Kamar Hotel
- Petani Muda Al Fansuri Menuangkan Keresahan Melalui Buku Berjudul Agrikultur Progresif
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara