Curhat Pasien Kanker di Fuda Cancer Hospital, Guangzhou, Tiongkok
Diberi Pilihan Terapi meski Kanker Sudah Stadium Lanjut
Minggu, 04 Maret 2012 – 00:40 WIB

CERIA : Maria Bernadeth (tengah) bersama temannya, Thoe Ing Sen (kiri) dan Chow Mu Jing. Foto : Anda Marzudinta/JAWA POS
Karena hasilnya kurang memuaskan, Desi lantas dirujuk ke sebuah RS di Guangzhou. "Saya mulai curiga. Awalnya hanya akan operasi kecil, tapi beberapa hari kemudian saya diberi tahu akan dilakukan pengangkatan payudara," ceritanya. Bahkan, efek terapi itu masih tampak hingga kini. Salah satunya, kuku jari tangan Desi menghitam.
Anaknya yang tinggal di Belanda merasa tidak sreg dan meminta Desi ke Negeri Kincir Angin itu. "Tapi, saya tidak yakin dengan kondisi tubuh saya. Saya keluar dari rumah sakit secara paksa dan tinggal di tempat keponakan saya di Guangzhou ini," tutur dia.
Desi lantas diantar ke Fuda Cancer Hospital dan menjalani biopsi ulang. "Hasilnya beda dan melegakan saya. Dokter bilang, kanker payudara saya berukuran 6,4 x 3,4 cm dan stadium 2B," jelasnya.
Dokter lantas memberikan tiga pilihan kepada Desi. Yakni, pengangkatan seluruh payudara kanan, pengangkatan bagian yang perlu diangkat, atau cryosurgery plus kemoterapi nano. Desi menjatuhkan pilihan pada cryosurgery plus kemoterapi nano. Dia sudah menjalani cryosurgery dan enam kali kemo nano. Hasilnya, tumor di payudaranya tak sekeras dulu. Efek samping yang dia rasakan pun lebih sedikit jika dibandingkan dengan kemoterapi herbal yang pernah dijalaninya.
Divonis kanker stadium lanjut bak terkena pukulan supertelak. Bikin shock, bingung, dan sedih. Nah, pasien seperti itu butuh pendekatan personal
BERITA TERKAIT
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu
- Kontroversi Rencana Penamaan Jalan Pramoedya Ananta Toer, Apresiasi Terhalang Stigma Kiri
- Kisah Jenderal Gondrong ke Iran demi Berantas Narkoba, Dijaga Ketat di Depan Kamar Hotel
- Petani Muda Al Fansuri Menuangkan Keresahan Melalui Buku Berjudul Agrikultur Progresif
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara