Curiga Gelar SBY dari Inggris Dibarter Ladang Migas
Selasa, 04 Desember 2012 – 21:01 WIB
JAKARTA - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD), La Ode Ida, menilai anggapan berbagai pihak tentang adanya barter gelar ksatria yang diberikan Kerajaan Inggris kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bukan hal gratis. Bahkan La Ode menganggap wajar jika ada yang mengaitkan gelar dari Ratu Inggris itu dengan konsensi ladang gas di Train 3 Tangguh, Papua Barat. Tuntutan renegosiasi ulang ini seharusnya tidak boleh diabaikan, terlebih lagi setelah Mahkamah Konstitusi (MK) membatalkan pasal-pasal tentang BP Migas. "Harus ada moratorium kontrak, kemudian disusun lagi kontrak yang lebih menguntungkan rakyat,” ujar senator asal Sulawesi tenggara itu.
"Buktinya, Pasal 33 UUD 1945 (sumber daya alam dikuasai negara dimanfaatkan untuk kemakmuran rakyat, red) tidak pernah diimplementasikannya. Padahal, konstitusi jelas-jelas mengamanatkan kekayaan alam harus dipergunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat," kata Laode Ida, dalam diskusi bertema “Mengungkap Misteri Pemberian Gelar Ksatria dan Korupsi di Sektor Migas”, diselenggarakan Rumah Perubahan 2.0, di Jakarta (4/12).
Baca Juga:
Dari sisi kepentingan bangsa dan negara lanjut, La Ode, sudah saatnya pemerintah merenegosiasi semua kontrak migas. Sebab, pasal-pasal kontrak migas sangat tidak adil dan merugikan bangsa Indonesia.
Baca Juga:
JAKARTA - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD), La Ode Ida, menilai anggapan berbagai pihak tentang adanya barter gelar ksatria yang diberikan
BERITA TERKAIT
- Sekjen PDIP Bicara soal Komunikasi Megawati dengan Prabowo
- Elektabilitas Wahono-Nurul Meroket di Pilkada Bojonegoro, Sulit Dikejar Teguh-Farida
- Tanpa Dimodali, 200 Kelompok Sukarelawan Bergerilya demi Kemenangan RIDO
- Sambut Peluang Bonus Demografi, Generasi Muda Taruh Harapan Besar pada Prabowo-Gibran
- Sukarelawan RUMI Siap Kawal Pelantikan Presiden Prabowo-Gibran
- Jelang Pelantikan Prabowo-Gibran, Khofifah Belum Terima Undangan, Emil Sudah