Cyber Diplomacy: Menjaga Negara via Dunia Maya
Oleh Prof. Dr. Kamaluddin, M.Pd*
?Kedua, meski sejumlah sel teroris -terutama setelah serangan bom Thamrin 2016- telah dilumpuhkan, mereka tidak benar-benar hilang. Internet menjadi media untuk merekrut pengikut baru, termasuk penggalangan dana dari internasional.
Oleh karena itu, Kemlu dan pemerintah perlu masuk lebih dalam ke dunia maya guna mengidentifikasi berbagai perkembangan di sana. Data Kementerian Kominfo menunjukkan selama 2018 terdapat 10.499 konten yang mengandung radikalisme dan terorisme.
Tak berhenti di situ, pemerintah dalam hal ini BNPT- perlu menggencarkan literasi agar anak-anak muda tidak mudah menjadi korban propaganda para teroris.
Dari semua narasi di atas, kita sampai pada satu kesimpulan bahwa cyber diplomacy saat ini bukan hanya perlu. Lebih dari itu, pendekatan baru ini akan menjadi instrumen utama dalam hubungan internasional di masa depan.
Oleh karena itu, potensi yang kita miliki hari ini harus dimaksimalkan, sehingga menjadi deterrent effect bagi negara lain. Efek yang menggetarkan bagi negara tetangga, kawasan dan dunia.(***)
*Penulis adalah Guest Lecturer Australia International Institute of Workplace Training Perth, Australia
Netizen Indonesia yang dikenal solid (meski terkadang tidak sopan) harus dioptimalkan menjadi cyber army yang kuat untuk mewarnai opini global.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Seusai Bertemu Putin, Kim Jong Un: Rusia Sahabat & Sekutu Paling Jujur
- Pertama Kali dalam 24 Tahun, Vladimir Putin Kunjungi Korea Utara
- Vladimir Putin: Rusia Akan Menghalalkan Segala Cara demi Kedaulatannya!
- Rusia Berduka, Putin Tetapkan 24 Maret Hari Berkabung Nasional
- Putin Menang Telak di Pilpres Rusia, Erdogan Menyambut Gembira
- Dunia Hari Ini: Putin Meraih Suara Hampir 90 Persen dalam Pemilu Rusia